PENGERTIAN DAN LANDASAN KURIKULUM
PENGERTIAN DAN LANDASAN KURIKULUM
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Telaah Kurikulum Matemetika Sekolah Menengah
Dosen Pengampu:
Sumaryanta, M. Pd
Disusun
Oleh :
1.
Santi Yuliana (0760000 )
2.
Sulistiya Risfi (07600006)
3.
Siti Ahidiyah (07600011)
4.
Dwi Kurnianingsih (076000 )
5.
Astri Diwenny (07600063)
6.
Moh. Muadin (07600053)
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Sang Illahi Robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-Nyalah kami bisa
menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat dan salam marilah kita limpah
curahkan kepada Guru besar kita Yakni Nabi
Muhammad SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita terbebas dari zaman
kebodohan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang
pengertian dan Landasan kurikulum, makalah ini kami tujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Budaya Lokal, dengan dosen pengampu Maryanta, M.Pd.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan
baik bagi dunia pendidikan ataupun para akademisi yang ingin meningkatkan atas
pengetahuanya walaupun dengan segala keterbatasanya artikel ini dalam
memberikan informasi, apabila ada kesalahan dalam artikel ini kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, karena kealpaan,
kehilafan itu adalah sifat manusia yang nyata didunia, maka segala saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan, sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
Wasalamua’laikum wr.bb.
Yogyakarta, Agustus 2008
Penulis
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Kurikulum
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda
satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari
pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni
“Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu
itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu
kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya
merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa
rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak
antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata
lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu
ijazah tertentu.[1]
Di Indonesia istilah
“kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang
dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini
istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim
digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama
artinya dengan rencana pelajaran.[2]
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai
berikut ini.
Kurikulum memuat isi dan
materi pelajaran.
Kurikulum ialah
sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh
siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau
orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis.
Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa,
sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
Kurikulum sebagai
rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk
membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan
belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah
menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu
sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut
dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja,
melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa,
seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan,
gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan
kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan
perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai
pengelaman belajar.
Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian
sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman
belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai
berikut:
“Curriculum is
interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not
(Romine, 1945,h. 14).”[3]
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan
diluar kelas. Tidak ada
pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang
memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.
Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional).[4]
Kurikulum pendidikan
tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan
kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.
(Pasal 1 Butir 6 Kemendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).[5]
Kurikulum adalah
serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu,
yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi. (Badan
Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang Kurikulum Pelatihan Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan).[6]
Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat
menarik garis besar pengertian kurikulum yaitu:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
2.
Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan
inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan
pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum
yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap
kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula
terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum disusun
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan
pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum berlandaskan
faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan
sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya
menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2.
Sosial
budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3.
Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik
perkembangan peserta didik.
4.
Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan
lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
5.
Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang
ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem
nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
Keenam faktor tersebut saling
kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
a.
Filsafat dan tujuan pendidikan
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau
cita-cita masyarakat. Berdasarkan
cita-cita tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan anak. Dengan
kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat
pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip
pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik.
Filsafat pendidikan dipengeruhi oleh dua hal pokok, yakni (1). Cita-cita
masyarakat, dan (2). Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.
Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku
sehari-hari. Hal ini
menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka
pengembangan kurikulum.
Filsafat
pendidikan sebagai sumber tujuan. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai
atau perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung
cita-cita tentang model manusia yang diharapakan sesuai dengan nilai-nilai yang
disetujui oleh individu dan masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kriteria yang
bersifat umum dan obyektif. Hopkin dalam bukunya Interaction The
democratic Process, mengemukakan kriteria antara lain:
1) Kejelasan, filsafat/keyakinan harus jelas
dan tidak boleh meragukan.
2) Konsisten
dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat.
3) Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai
dengan kehidupan individu.
b. Sosial budaya dan agama yang berlaku di
masyarakat
Keadaan
sosial budaya dan agama tidaklah terlepas dari kehidupan kita. Keadaan sosial
budayalah yang sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya sebagai peserta
didik. Sikap atau tingkah laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh
interaksi sosial yang membuat sseeorang untuk bertingkah laku yang sesuai
dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang membatasi tingkah
laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu kurikulum.
c.
Perkembangan Peserta didik yang
menunjuk pada karateristik perkembangannya
Setiap peserta didik pasti mempunyai
karateristik yang berbeda. Dengan keadaan peserta didik yang memiliki perbedaan
dalam hal kemampuan beradaptasi atau dalan hal perkembangan, tentunya juga ikut
ambil bagian dalam melandasi terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan harapan.
Kurikulum akan dibuat sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan peserta
didiknya.
- Kedaaan lingkungan
Dalam arti yang
luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem, yang meliputi keseluruhan
faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi
ini. Faktor-faktor dalam ekosistem itu, meliputi:
1)
Lingkungan
manusiawi/interpersonal
2)
Lingkungan
sosial budaya/kultural
3)
Lingkungan
biologis, yang meliputi flora dan fauna
4)
Lingkungan
geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing-masing
faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal atau
kekuatan yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber
daya menusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial
budaya merupakan sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya alam (SDA).
Jadi ada tiga sumber daya yang terkait erat dengan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
- Kebutuhan Pembangunan
Tujuan pokok
pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan
masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata.
Keberhasilan pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju,
mandiri dan sejahtera.
Untuk mencapai
tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses pembangunan yang titik
beratnya terletak pada pembangunan ekonomi yang seiring dan didukung oleh
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, serta upaya-upaya
pembangunan di sektor lainnya. Hal ini menunjuk pada kebutuhan pembangunan
sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri, yang bidang-bidang
industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan, transportasi, pertambangan,
kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan telekomunikasi, koperasi,
pembangunan daerah, kelautan, kedirgantaraan, keuangan, transmigrasi, energi
dan lingkungan hidup (GBHN, 1993).
Gambaran tentang
proses dan tujuan pembangunan tersebut di atas sekaligus menggambarkan
kebutuhan pembangunan secara kesuluruhan. Hal mana memberikan implikasi
tertentu terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Dengan kata lain,
penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi harus disesuaikandan diarahkan
pada upaya –upaya dan kebutuhan pembangunan, yang mencakup pembangunan ekonomi
dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Penyelenggaraan
pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian, yang bersifat mendukung
ketercapaian cita-cita nasional, yakni suatu masyarakat yang maju, mandiri, dan
sejahtera.
- Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pembangunan
didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka
mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek
terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya
masyarakat mandiri, maju dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan
tersebut, maka ada tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:
1) Pembangunan iptek harus berada dalam
keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia,
pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan
serta rekayasa dan produksi barang dan jasa.
2) Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan
kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
3) Pembangunan iptek harus selaras (relevan)
dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan
lingkungan hidup.
4) Pembangunan iptek harus berpijak pada
upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan
pengembangan yang lebih tinggi.
5) Pembangunan iptek berdasarkan pada asas
pemanfaatannya yang dapat memberikan pemecahan masalah konkret dalam
pembangunan.
Penguasaan,
pemanfaatan, dan pengembangan ilmupengetahuan dan tekhnologi dilaksanakan oleh
berbagai pihak, yakni:
1) Pemerintah, yang mengembangkan dan
memanfaatkan iptek untuk menunjang pembangunan dalam segala bidang.
2) Masyarakat, yang memanfaatkan iptek itu
untuk pengembangan masyarakat dan mengembangkannya secara swadaya.
3) Akademisis terutama di lingkungan
perguruan tinggi, mengembangkan iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan.
4) Pengusaha, untuk kepentingan meningkatan
produktivitas.
Nana Syaodih Sukmadinata
(1997) mengemukakan empat
landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis ; (2)
psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Untuk
lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan
tersebut.
1. Landasan Filosofis
Filsafat
memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti :
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella
Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing
aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a. Perenialisme lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan dampak
sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan
waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya
pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu
sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahamu kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman
itu?
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya
melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta
didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan
belajar peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi
lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia
masa depan sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual
seperti pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang
pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
Aliran
filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran
filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
Masing-masing
aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat
ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi
pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih
menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih
Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi
yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2)
psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari
tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi
perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan,
aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal
lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi
belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari
pengembangan kurikulum.
Masih
berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori
psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip
pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa
kompetensi merupakan ”karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan
hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang
terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi”.
Selanjutnya, dikemukakan pula
tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
- Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
- Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
- Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
- Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;
- Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima
kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber
daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih
tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan
motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian
seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah
dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini.
Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan
dikembangkan.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum
dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan
pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan
lebih lanjut di masyarakat.
Peserta
didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat
pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan
pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan
dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena
itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan,
kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap
lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang
mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu
aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan
lainnya.
Sejalan
dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat.
Israel
Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan
membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang
dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal,
nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pada
awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat.
Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Akal manusia
telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak
mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau
manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo
berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang
berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan
cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan
cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu,
dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn)
dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang
ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan
dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh
karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.
KESIMPULAN
Dari pembahasan pada makalah diatas
kita telah mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan kurikulum dan apa saja
yaang meiandasi terbentuknya kurikulum. Kita dapat menyimpulkan hal – hal
sebagai berikut:
1.
Pengertian Kurikulum
Dari berbagai macam pengertian kurikulum yang telah
dipaparkan dala pembahasan diatas kita dapat menarik garis besar pengertian
kurikulum yaitu:
Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
2. Landasan Kurikulum
Dari pembahasan
makalah ini kami mengambil garis besar dari beberapa landasan kurikulum, yaitu
meliputi:
1)
Landasan
Filosofis
2)
Landasan
Psikologis
3)
Landasan
Sosial-budaya dan,
4)
Landasan
Ilmu pengetahuan dan teknologi
5)
Landasan
Kebutuhan Pembangunan
Nanang Rijono
Kontribusi
Kecil untuk Dunia Pendidikan Indonesia
·
beranda
Kurikulum 2004 (KBK) & Kurikulum 2006 (KTSP) Memang Berbeda Secara Signifikan 28 Februari 2008
Posted by rijono in Opini
Pendidikan.
Tags: Indikator, KBK, Kompetensi Dasar, KTSP, Kurikulum, RPP, Sisdiknas,Standar Kompetensi
trackback
Tags: Indikator, KBK, Kompetensi Dasar, KTSP, Kurikulum, RPP, Sisdiknas,Standar Kompetensi
trackback
Banyak kalangan, termasuk
aparat Depdiknas dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membuat statement bahwa Kurikulum 2004 (atau KBK) tidak
terlalu jauh berbeda dengan Kurikulum 2006 yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan baru ditetapkan pemberlakuannya oleh Mendiknas
melalui Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tanggal 2 Juni 2006. Saya tidak tahu,
apakah penyataan mereka itu dimaksudkan untuk “menghibur guru” agar tidak resah
menghadapi perubahan kurikulum ini. Mengingat Kurikulum 2004 ini masih dalam
taraf ujicoba yang lebih luas sejak tahun pembelajaran 2004/2005 dan belum
semua sekolah sudah menerapkan secara utuh Kurikulum 2004. Namun apa daya, kini
sudah dimunculkan kurikulum baru, Kurikulum 2006. Sehingga muncullah statementyang “menghibur”
tersebut.
Hal ini adalah ironis,
karena menunjukkan pemahaman yang sangat dangkal mereka terhadap Kurikulum 2006
tersebut. Saya menduga mereka hanya “mengulang-ulang” pernyataan dari BSNP,
aparat Pusat Kurikulum, Pejabat Depdiknas yang bermaksud meredam agar Kurikulum
2006 tidak mendapat tentangan dari ujung tombak pendidikan : guru dan sekolah,
atau gejolak yang meresahkan masyarakat dan dunia pendidikan. Jika saja mereka
sudah melakukan pembandingan secara mendalam kedua kurikulum tersebut, niscaya
mereka akan mengatakan bahwa Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006 berbeda
secara nyata, secara signifikan. Memang harus diakui dalam beberapa hal ada
kesamaan atau kemiripan antara keduanya.
Berikut ini saya rangkum perbedaan dan persamaan antara
Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006 (periksa tabel)
Tabel :
Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
ASPEK
|
KURIKULUM 2004
|
KURIKULUM 2006
|
1. Landasan Hukum
|
·
Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004
·
UU No. 20/1999 –
Pemerintah-an Daerah
·
UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003
·
PP No. 25 Tahun
2000tentang pembagian kewenangan
|
·
UU No. 20/2003 –
Sisdiknas
·
PP No. 19/2005 –
SPN
·
Permendiknas No.
22/2006 – Standar Isi
·
Permendiknas No. 23/2006 – Standar Kompetensi Lulusan
|
2. Implementasi /
Pelaksanaan
Kurikulum
|
·
Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI
·
Keputusan Dirjen
Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.
·
Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun
2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003
Tahun 2003.
|
·
Peraturan
Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang
SI dan No. 23 tentang SKL
|
3. IdeologiPendidik-
an yang Dianut
|
·
Liberalisme
Pendidikan : terciptanya SDM
yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
|
·
Liberalisme
Pendidikan : terciptanya SDM
yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
|
4. Sifat (1)
|
·
Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara
rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan
|
·
Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun
oleh Tim Pusat; Daerah dan
Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
|
5. Sifat (2)
|
·
Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (DitjenDikmenum/ Dikmenjur dan
Puskur)
|
·
Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP
|
6. Pendekatan
|
·
Berbasis
Kompetensi
·
Terdiri atas : SK,
KD, MP dan Indikator Pencapaian
|
·
Berbasis
Kompetensi
·
Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru
|
7. Struktur
|
·
Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen
1999)
·
Ada perubahan nama mata pelajaran
·
Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN
dan PS di SD)
|
·
Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua
jenjang sekolah
·
Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)
·
Ada perubahan nama mata pelajaran
·
KN dan IPS di SD
dipisah lagi
·
Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran
|
8. Beban
Belajar
|
·
Jumlah Jam/minggu
:
·
SD/MI = 26-32/minggu
·
SMP/MTs =
32/minggu
·
SMA/SMK =
38-39/minggu
·
Lama belajar per 1
JP:
·
SD = 35 menit
·
SMP = 40 menit
·
SMA/MA = 45 menit
|
·
Jumlah Jam/minggu
:
·
SD/MI 1-3 =
27/minggu
·
SD/MI 4-6 =
32/minggu
·
SMP/MTs =
32/minggu
·
SMA/MA=
38-39/minggu
·
Lama belajar per 1
JP:
·
SD/MI = 35 menit
·
SMP/MTs = 40 menit
·
SMA/MA = 45 menit
|
9. Pengembangan
Kurikulum lebih
lanjut
|
·
Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.
·
Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario
Pembelajaran
|
·
Semua sekolah /satuan
pendidikan wajib membuat KTSP.
·
Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP
·
Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
|
10. Prinsip
Pengembangan
Kurikulum
|
1.
Keimanan, Budi
Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya
2.
Penguatan
Integritas Nasional
3.
Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
4.
Kesamaan
Memperoleh Kesempatan
5.
Perkembangan
Pengetahuan dan Teknologi Informasi
6.
Pengembangan
Kecakapan Hidup
7.
Belajar
Sepanjang Hayat
8.
Berpusat pada Anak
9.
Pendekatan
Menyeluruh dan Kemitraan
|
1.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya
2.
Beragam dan
terpadu
3.
Tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4.
Relevan dengan
kebutuhan kehidupan
5.
Menyeluruh dan
berkesinam-bungan
6.
Belajar sepanjang
hayat
7.
Seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah
|
11. Prinsip
Pelaksanaan
Kurikulum
|
Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum
|
1.
Didasarkan pada
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi dirinya.
1.
Menegakkan lima pilar belajar:
1.
belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2.
belajar untuk
memahami dan menghayati,
3.
belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4.
belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
5.
belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.
3. Memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi,
tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan moral.
1.
Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling meneri-ma dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia
mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
5. Menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
6. Mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7. Diselenggarakan dalam
kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai
antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
|
12. Pedoman
Pelaksanaan
Kurikulum
|
1.
Bahasa Pengantar
2.
Intrakurikuler
3.
Ekstrakurikuler
4.
Remedial,
pengayaan, akselerasi
5.
Bimbingan &
Konseling
6.
Nilai-nilai
Pancasila
7.
Budi Pekerti
8.
Tenaga
Kependidikan
9.
Sumber dan Sarana
Belajar
10. Tahap Pelaksanaan
11. Pengembangan Silabus
12. Pengelolaan Kurikulum
|
Tidak terdapat
pedoman pelaksanaan kurikulum
seperti pada Kurikulum 2004.
|
Untuk sementara baru 12
aspek yang saya temukan, dimana hanya
2 (dua) hal saja yang sama, yakni landasan ideologis dan pendekatan yang
digunakan. Sementara 10 aspek lainnya berbeda sangat nyata, meskipun ada
kemiripan pada butir-butir tertentu.
PERBEDAAN ESENSI SK DAN KD
Hal yang sering dikatakan
oleh pejabat Depdiknas dan Dinas Pendidikan, bahwa Kurikulum 2004 dan 2006 adalah pada
aspek Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Sepintas memang ya, padahal
sesungguhnya tidak semuanya benar.
Dalam Kurikulum SD/MI 2004
hanya terdapat satu SK masing-masing jenjang kelas untuk hampir semua mata
pelajaran. Namun dalam Kurikulum 2006 terdapat dua SK untuk setiap jenjang
kelas untuk seluruh mata pelajaran plus rinciannya pada kelas dan pelajaran
tertentu. Masing-masing SK sudah diplot mana yang untuk semester 1 dan 2.
Sementara itu, batasan semacam ini tidak ada pada Kurikulum 2004.
KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 ada yang masih
digunakan dengan rumusan yang sama atau mirip dengan rumusan KD dalam Kurikulum
2006. Ada beberapa KD Kurikulum 2004 yang dibuang. Ada beberapa KD yang baru
dalam Kurikulum 2006. Sehingga kalau ruang lingkup materi (scope) ini
dijadikan ukuran, maka memang tidak terlalu banyak perbedaan Kurikulum 2004
dengan Kurikulum 2006. Namun KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 tersebut
direkonstruksikan kembali, ditata kembali sedemikian rupa sehingga menjadi
sangat berbeda dalam urutannya (sequence).
Walaupun ruang lingkup
materi yang sama antara kedua kurikulum tersebut, namun karena urutan penyajian
per kelasnya menjadi berbeda, maka kedua kurikulum tersebut berbeda. Sebagai
contoh, ada KD pada kelas III SD
untuk mata pelajaran IPS yang dipindahkan ke kelas II. Beberapa KD dalam mata
pelajaran IPS di SD dipindahkan dari kelas VII ke kelas VIII, atau sebaliknya.
KD untuk PKN di SMP dipindahkan ke kelas VIII dan IX dari kelas VII. Sebaliknya
ada KD di kelas VIII yang diturunkan ke kelas VII.
Pemindahan KD sebagai
penataan kembali KD dari Kurikulum 2004 ini terjadi pada semua mata pelajaran
dan semua jenjang sekolah pada Kurikulum 2006. Hal ini akan sangat berpengaruh
dalam proses pembelajaran di kelas, terlebih jika sekolah berkehendak akan
melaksanakan Kurikulum 2006 secara penuh pada tahun pembelajaran 2006/2007 ini.
Perubahan lain adalah bahwa
pembelajaran di kelas I, II dan III SD/MI perlu dilaksanakan secara tematik,
sementara untuk kelas IV, V dan VI dengan pembelajaran bidang studi. Khusus
untuk IPA dan IPS di SD digunakan pendekatan pembelajaran terpadu.
Sedangkan IPA dan IPS di SMP
yang semula SK dan KD-nya disusun dengan menggunakan pendekatan sub-bidang
studi, pada Kurikulum 2006 tidak lagi menggunakan pendekatan tersebut. Hal ini
berdampak pada manajemen kurikulum dan pembelajaran di kelas.
Sementara itu di SMA/SMK
tidak ada perubahan seperti yang ada di SD dan sebagian di SMP. Namun bukan
berarti tidak ada perubahan atau penataan KD di kurikulum SMA/SMK. Jumlah SK
dalam Kurikulum 2004 yang semula
1 atau beberapa pada setiap mata pelajaran, pada Kurikulum 2006 dikembangkan
menjadi beberapa SK . SK-SK ini sebagian besar diambil isi SK dalam Kurikulum
2004.
Namun kalau dicermati,
ternyata SK-SK dalam Kurikulum SMA 2006 ini identik, sangat mirip dengan KD-KD
dalam Kurikulum SMA 2004. Demikian pula KD-KD pada Kurikulum 2006 ini sangat identik
dengan indikator pencapaian pada Kurikulum 2004. Dengan kata lain, terdapat
“peningkatan status KD dan Indikator” pada Kurikulum 2004, sehingga menjadi SK
dan KD pada Kurikulum SMA 2006.
Kalau terjadi banyak kali
kasus seperti ini, rasanya tidak elok jika kita masih saja mengatakan bahwa
Kurikulum 2004 sama dengan Kurikulum 2006, atau perubahan yang ada tidak
banyak. Kalau mau melihat seberapa banyak perubahan kedua kurikulum tersebut,
buatlah matriks pemetaan SK dan KD + indikator dari kurikulum dengan Kurikulum
2006. Pasti kepala puyeng, dan mata berkunang-kunang.
IMPLIKASI PADA MANAJEMEN
KURIKULUM & PEMBELAJARAN
Akibat perubahan dan
penataan kembali SK dan KD pada Kurikulum
2006, maka akan berdampak pada manajemen kurikulum dan pembelajarannya. Sebagai
misal, bagaimana membuat jadwal pelajaran pada kelas I s.d. III SD/MI sesuai
dengan model pembelajaran tematik. Sedangkan selama ini guru Pendidikan Agama
dan Penjas Orkes adalah guru bidang studi? Bagaimana mengisi rapor siswa?
Bagaimana penilaiannya? Demikian pula dengan mata pelajaran IPS dan IPA di
SMP/MTs. Karena tidak lagi menggunakan pola sub-bidang studi, maka pengaturan
siapa yang mengajarkan KD tertentu sesuai dengan rumpun ilmu pembentuknya harus
disusun dengan baik.
Ambil contoh, di KD IPA SMP
pada semester 1 kelas VII terkait dengan Fisika dan Kimia. Sementara untuk
Biologi terdapat pada semester 2. Nah, apakah guru Biologi ini akan dibiarkan
menganggur selama satu semester untuk menunggu gilirannya pada semester 2? Atau
guru Fisika kemudian akan menganggur setelah satu semester mengajar? Bagaimana
dengan guru-guru di sekolah swasta yang hanya dibayar sesuai jam riil
mengajarnya? Dalam pelajaran IPS, kasus ini juga akan terjadi.
Persoalan manajemen
kurikulum dan pembelajaran yang sangat berbeda antara Kurikulum 2004 dengan
Kurikulum 2006. Kedua persoalan ini akan sangat dirasakan oleh para guru
pengajarnya karena mereka adalah perencana, pelaksana dan penilai pembelajaran.
Merekalah yang akan dibingungkan setiap hari dalam melaksanakan tugasnya.
Jadi, sekali lagi, jika
perbedaan antara kedua kurikulum tersebut sangat sugnifikan. Dan para guru
adalah “korban” pertama dari perubahan kurikulum ini. Secara rinci perubahan
kurikulum pada masing-masing jenjang sekolah akan saya kupas dalam
tulisan-tulisan berikutnya. Selamat
menikmati perubahan!
Samarinda, 29
Juli 2006
Be the first to like this post.
pengembngan kurikulum makro...... - Document Transcript
1. PENDAHULUAN Secara etimologis, kata
“kurikukum” berasal dari bahasa latin yang katadasarnya adalah currere. Kata
ini digunakan untuk memberi nama lapanganperlombaan lari. Karena dipakai untuk
sebuah perlombaan, pada lapangan tersebutterdapat garis “start” dan batas “finish”, untuk menunjukkan tempat
memulai danmengakhiri perlombaan. Dalam
perkembangannya, kata ini kemudian diadopsi olehdunia pendidikan. Kurikulum sebagai produk merupakan hasil
perencanaan, pengembangan,dan perekayasaankurikulum. Oleh karena itu kurikulum dalam arti produkmerupakan hasil konkret
yang dapat diamati dalam bentuk dokumen hasil kerjasebuah tim pengembang kurikulum. Kurikulum sebagai program merupakankurikulum yang
berbentuk program-program pengajaran yang riil. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasionalmerumuskan kurikulum sebagai
seperangkat rencana danpengaturan mengenaitujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikantertentu.Berdasarkan rumusan tersebut dapat diturunkan
beberapa ciri kurikulum yangantara
lain sebagai berikut. 1. Curriculum as a subject matter, yang menggambarkan kurikulum sebagai kombinasi bahan untuk membentuk
kerangka isi materi (content) yang akan diajarkan. 2. Curriculum as experience,
yang menggambarkan kurikulum sebagai
seperangkat pengalaman yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
pedidikan. 3. Curriculum as intention, yang menyatakan kurikulum sebagai suatu rencana, mulai dari
tujuan, sasaran danjuga evaluasinya. 4. Curiculum as cultural reproduction,
yang menyiratkan kurikulum sebagai
refleksi suatu budaya masyarakat tertentu.Pengembangan Kurikulum Page 1
2.
5. Curriculum as currere, yang menekankan kapasitas
individu untuk berpartisipasi dan mengonsepkan
kembali pengalaman hidup seseorang.A. Landasan Hukum dari Perencanaan Dan PengembanganKurikulum adalah :1.
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Ketentuan
dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah
Pasal 1 ayat (19) Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pasal 18 ayat (1), (2),
(3), (4); (1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. (2)
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. (3)
Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah
(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah
aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (4) Ketentuan mengenai
pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Pasal 35 ayat (2); Standar nasional pendidikan digunakan
sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, danpembiayaan.
Pasal 36 ayat (1), (2),
(3), (4);Pengembangan Kurikulum Page 2
3.
(1)
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a.
peningkatan iman dan takwa; b. peningkatan akhlak mulia; c.
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. keragaman
potensi daerah dan lingkungan; e. tuntutan pembangunan
daerah dan nasional; f. tuntutan dunia kerja; g.
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. agama; i. dinamika perkembangan
global; dan j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (4) Ketentuan
mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Pasal 37 ayat (1), (2), (3); (1) Kurikulumpendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a. pendidikan
agama; b. pendidikan kewarganegaraan; c. bahasa; d. matematika; e. ilmu pengetahuan alam; f. ilmu
pengetahuan sosial; g. seni dan budaya; h. pendidikan jasmani dan olahraga; i. keterampilan/kejuruan; danPengembangan Kurikulum Page 3
4. j. muatan lokal. (2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: a.
pendidikan agama; b. pendidikan kewarganegaraan; dan c. bahasa. (3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2)diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Perencanaan dan Pengembangan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri dari : 1. Standar Isi 2. Standar
Proses 3. Standar Kompetensi Lulusan 4. Standar Tenaga Kependidikan 5. Standar
Sarana Dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian Pendidikan.
3. Standar Isi :Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Termasuk dalam Standar Isi adalah : kerangka dasardan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Isi ditetapkan dengan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.Pengembangan Kurikulum Page 4
5.
4. Standar Kompetensi Lulusan: Standar Kompetensi
Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.Standar
Kompetensi Lulusan ditetapkan dengan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006. 5.
Standar Proses: Standar Proses adalah standar nasional pendidikan berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Standar Proses ditetapkan dengan Permendiknas Nomor
41 Tahun 2007. 6. Standar Penilaian: Standar penilaian pendidikan adalah
satndar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,prosedur, dan instrumken penilaian hasil belajar
peserta didik. Standar Penilaian Pendidikan ditetapkan dengan Permendiknas
Nomor 20 Tahun 2007.B. LANDASAN DAN TINGKATAN
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Landasan
Pada umumnya dalam membina kurirkulum kita dapat berpegang pada asas- asas
berikut: • Asas filosofis Landasan filosifis memberikan arah pada semua
keputusan dan tindakan
manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup,
orang, masyarakat, danbangsa. Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat
memberikan arah pendidikan seperti hakikat pendidikan, tujuannya, dan bagaiman cara mencapai tujuan. Oleh
karena itu,wajar apabila kurikulumsenantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan,
karen afilsafat mementukan tujuan yang hendak dicapai dengan alatyang di sebut kurikulum. • Asas psikologisPengembangan Kurikulum Page 5
6. Asas ini
berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan cara
peserta didik belajar, dan faktor apa
yang dapat menghmbat kemuan belajar mereka selain itu psikologis memberikan
landasan berpikir tentang hakikai proses belajar mengajar dan tingkat- ingkat perkembanganpeserta
didik.Kurikulum pada dasarnya disusun agar peerta diik
dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik ini berarti bahwa kurikulum dan pengajaran
yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan peserta didik sebagai peserta utama
dlm proses belajar mengajar akan lebih meningkatkankeberhasilan kurikulum, daripadakurikulum yang
mengabaikan faktor psiklogis peserta didik • Asas sosiologis Asas ini berkenaan
dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu dan rekontruksi masyrakat, Landasan sosial
budaya ternyata bukan hanya semata-mata digunaka dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga
bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakt
sekolah atau bahka tingkat pengajaran • Asas Organisatoris Asas ini berkenaan
dengan organisasi kurikulum.Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum: a) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang
terpisah- pisah(separated subject curriculum) b) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang
sejenis di hubung-hubungkan(Correlated curriculum) c) Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/
hampir semua mata pelajaran(integrated curriculum)2. Prinsip yang Dianut dalam
Pengembangan Kurikulum Ada
sejumlah prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum,diantaranya:Pengembangan Kurikulum Page 6
7. a. Prinsip
relevansi, Kurikulum dan pengajaran
harus disusun sesuai dengan tuntutan kebutuhan dankehidupan
peserta didik b. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil
pelaksanaankurikulum c. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan
perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan sarana yang
dipakai dengan hasil yang diperoleh d. Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai tingkat kelas danjenjangpendidikan
disusun secara berkesinambungan e. Prinsip Fleksibilitas,disamping program yang
berlakuuntuk semua anak terdapat pula kesempatan bagi amak mengambil
program-program pilihan f. Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan antara
berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang terpadu3.
Tingkatan dalam Pengembangan Kurikulum a.
Pengembangan tingkatan institusional Meliputi kegiatan pengembangan
tujuan-tujuan institusional danstruktur program b. Pengembangan tingkatan bidang studi / mata pelajaran Setelah bidang-bidang studi di
tentukan langkah selanjutnya ialah mengembangkan GBPP,dengan menempuh langkah
sebagai berikut: 1. Menetapkan tujuan-tujun kurikuler dan tujuan intruksional umumtiap bidang studi 2. Mengidentifikasi topik-topik /pokok bahasan
yang diperkirakandapat dijadikan sebagai bahan untuk dipelajari oleh murid agar
mencapai tujuan yang telah dirumuskanPengembangan Kurikulum Page 7
8. 3. Memilih
topik-topik yang paling relevan, fungsional,efektif dan kemperhensif bagi pencapaian tujuan yang
telah din identifikasikan 4. Memetapkan metode dan sumber belajar untuk tiap kelompok pokok
bahasan c. Pengembangan tingkat operasional / kelas Uraian tentang pengembangan
tingkat operasional ini lebih di tekankan pada usaha guru dalam mengembangkan
lebih lanjut GBPP. Perkembangan KurikulumDi IndonesiaNO TAHUN FOKUS ORIENTASI 1 1968 Subject
Matter (mata pelajaran) 2 1975 Terminal Objectives (TIU, TIK) 3 1984
Keterampilan Proses (CBSA Project) 4 1994 Munculnya pembagian kamar antara kurikulum nasional dengan kurikulum muatan local 5 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi 6 2006Kurikulum berbasis
lokal (daerah/satuan pendidikan) PEMBAHASANPengembangan Kurikulum Page 8
9.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan
salah satu upayapemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmudan tekhnologi seperti yang digariskan dalam
haluan negara.hal tersebutdiharapkan dapat dijadikan landasan dan pengembangan pendidikan di Indonesiayang
berkualitas dan berkelanjutan,
baik secara makro, meso, maupun mikro.Kerangka makro erat kaitannya dengan
upaya politik yang saat ini sedang
ramaidibicarakan yaitu desntralisasi kewenangan dari pemerintah pusat kedaerah,
aspekmesonya berkaitan dengan kebijakan daerah tingkat provinsi sampai tingkatkabupaten,
sedangkan aspek mikro melibatkan seluruh sektor dan lembagapendidikan yang paling bawah,
tetapi terdepan dalam pelaksanaannya , yaitusekolah. Basis pengembangan
pendidikan yang berkualitas dan berkesinambungan danberkaitan
dengan KTSP, untuk aspek
makro erat kaitannya dengan desentralisasikewenangan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah, untuk aspek mesoberkaitan dengan kebijakkan tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kotamadyadalam
pengembangan KTSP,sedangkan untuk
aspek mikro adalah melibatkanseluruh sektor dan institusi
pendidikan dalam tingkat satuan pendidikan.(Depdikbud ; 1998 : 78) Education in
Indonesia from Crisis to RecoveryA. PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN FORMAL 1. KURIKULUM MAKRO UNTUK PENDIDIKAN UNTUK SMP
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan- kebijakan yang
akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara
mencapai tujuan itu pada tingkat nasional. (Fattah, 2001: 54-55). Kurikulum makro yaitu kurikulum yang menyeluruh meliputi semua komponen,
atau meliputi seluruh wilayah, atau seluruh siswa pada jenjang pendidikan
tertentu (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010 : 199). Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak
mempunyai peranan dalam perancangan danevaluasi kurikulum yang
bersifat makro. KurikulumPengembangan Kurikulum Page 9
10. makro disusun oleh tim atau komisi
khusus, yang terdiri atas para ahli (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010 : 200). a.
Kerangka dasar kurikulum • Kelompok mata pelajaran Agama dan ahlak mulia yang dilaksanakan melalui
kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi , estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan. • Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian yang dilaksanakan melalui
kegiatan agama dan ahlak mulia, kewarganegaraan, bahasa,
seni dan budaya, serta pendidika jasmani, •
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilaksanakan melalui
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, keterampilan,
kejuruan,teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan local yang
relevan. • Kelompok mata pelajaran estetika; yang dilaksanakan melalui kegiatan seni dan budaya, keterampilan dan dan muatan local yang relevan. • Kelompok
mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan;
yang dilaksanakan melalui kegiatan jasmani, olahraga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muayan local yang relevan. b.
Pengembangan Kurikulum melakukan
kegiatan dengan tahapan sebagai berikut :Pengembangan KurikulumPage 10
11.
• Menganalisis ,dan mengembangkan standar kompetensi lulusan
(SKL), dan standar isi
(SI) • Merumuskan visi dan misi, serta
tujuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan . • Berdasarkan SKL, standar
isi, visi dan misi, serta
tujuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidag studi yang akan diberikan untuk
merealisasikan tujuan tersebut. • Mengembangkan danmengidentifikasi
tenaga –tenaga kependidikan ( guru dan non guru)
sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan, dengan berpedoman pada standar
kependidikan yang ditetapkan BSNP. • Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran
yang perlu diberikan untuk memberi kemudahan belajar, sesuai dengan standar
sarana dan prasarana
pendidikan yang di tetapkan BSNP. c. Prinsip Pengembangan Kurikulum : • Berpusat pada potensi, perkembangan,
serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.
• Beragam dan terpadu •
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. • Relevan dengan kebutuhan. •
Menyeluruh dan berkesinambungan.
• Belajar sepanjang hayat. •
Seimbang antara kepentingan global, nasional dan local d. Standar Kompetensi
LulusanPengembangan Kurikulum Page 11
12.
Untuk
mencapai standar mutu pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
nasional, kegiatan pembelajaran di sekolah mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan yang telah ditetapkan oleh DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN
DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP
sebagai berikut: a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri c. Menunjukkan
sikap percaya diri d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam
lingkungan yang lebih luas e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup
nasional f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan
sekitar dan sumber- sumber lain secara logis,
kritis, dan kreatif g. Menunjukkan kemampuan
berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif h. Menunjukkan kemampuan
belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya i. Menunjukkan
kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari j. Mendeskripsi gejala alam dan sosial k. Memanfaatkan lingkungan secara
bertanggung jawab l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia m. Menghargai karya seni dan budaya nasional n. Menghargai tugas
pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya o.
Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang p.
Berkomunikasidan berinteraksi secara efektif dan santun q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakatPengembangan Kurikulum Page 12
13.
r.
Menghargai adanya
perbedaan pendapat s. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana t.
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana u. Menguasai
pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah v. Memahami dan menghayati jiwa kewirausahaan w.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang ICT dan mampu memilih serta memanfaatkannya
dalam kehidupan sehari-hari secara bijaksana (menguasai teknologi informasi dan komunikasi) x. Memiliki ketangguhan,
kedisiplinan, dan kecermatan dalam bekerja2. KURIKULUM MESO UNTUK PENDIDIKAN SMP Adapun
perencanaan meso adalah kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro,
kemudian dijabarkan ke dalam program-program yang berskala kecil. (Fattah,
2001: 54-55). Kurikulum Meso meliputi kelembagaan konteks,
mengorganisir konteks dalam konfigurasi kurikulum, Kelembagaan pendekatan dan orientasikurikulum, pengorganisasian struktur.a. Struktur Kurikulum kelas VII Semester 1NO STANDAR
KOMPETENSI/ Alokasi WaktuKD KOMPETENSI DASAR TM NTM 1.1 Mendeskripsikan
keragaman 14 bentuk muka bumi proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan 1.2
Mendeskripsikan kehidupan 10 masa pra aksra di IndonesiaPengembangan Kurikulum Page 13
14.
2.1
Mendeskripsikan interaksi 4 sebagai proses sosial 2.2 Mendeskripsikan
sosialisasi 6 sebagai pembentukan kepribadian Mengidentifikasi bentuk-bentuk
2.3 6 interaksi sosial 2.4 Menguraikan proses interaksi 6 sosial 3.1
Mendeskripsikan manusia sebagai 8 makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam memenuhi
kebutuhan 3.2 6 Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam kegiatan * ulangan
harian 1-3 6 * ulangan tengah semester 4 * ulangan semester 4 * cadangan 4 Jumlah Waktu yang Diperlukan 60 18
Rencana Pencapaian target KurikulumPelaksanaanPengembangan Kurikulum Page 14
15.
Semester
2NO STANDAR KOMPETENSI/ Alokasi WaktuKD KOMPETENSI DASAR TM NTM 4.1 Menggunakan
peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi
keruangan 4.2 Membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan obyek
geografi geografi 4.3 Mendeskripsikan kondisi geografi dan penduduk 4.4 Mendeskripsikan
gejala-gejala yang terjadi di atmofir dan hidosfir serta serta dampaknya terhadap
kehidupan 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerin- tahan pada masa Hindu-Budha
serta peninggalannya 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan danpemerin- tahan pada masa Islam di Indonesia serta
peninggalannya 5.3 Mendiskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerin- tahan pada masa kolonial
Eropa3. KURIKULUM MIKRO UNTUK PENDIDIKAN SMP Perencanaan
mikro adalah perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari perencanaan
tingkat meso. Perencanaan kurikulum mikro yaitu perencanaan aktualisasi /
operasional kurikulum ideal / potensial dalam pengajaran di
kelas. Perencanaan ini adalah perencanaan instruksional yang spesifik untuk
pengajaran dalam kelas dengan sejumlah langkah-langkah yang spesifik pada
satuan pelajaran atau satuan acara perkuliahan mulai dariPengembangan Kurikulum Page 15
16. identifikasi mata pelajaran/mata kuliah,
unit/topik, sub topik, tujuan instruksional umum dan khusus sampai pada penilaian/evaluasi. Kemudian
rencana tersebut dapat diaktualisasikan dengan baik dalam proses belajar
mengajar di kelas (Syafruddin Nurdin, 2010 : 109 – 110) . Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru lebih
berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, satu
catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja. Kurikulum untuk satu tahun, satu semester atau
satu catur wulan disebut juga program tahunan, semesteran, catur wulan, sedangkan kurikulum untuk
beberapa minggu atau hari disebut satuan pelajaran. Program tahunan, semesteran,
catur wulanan ataupun satuan pelajaran memiliki komponenn-komponen yang sama
yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode, media pembelajaran,dan evaluasi,
hanya keluasan dan kedalamannya
berbeda-beda. 1. Mata Pelajaran IPS untuk SMP a. Tujuan Matapelajaran Mata
pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
• Memahami proses alam endogen yang menyebabkan terjadinya bentuk muka bumi. •
Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan sosial •
Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi dan akibat yang ditimbulkannya. •
Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara
arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.PengembanganKurikulum Page 16
17. b. Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) kelas VII, semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1.
Memahami lingkungan 1.1 Mendeskripsikan keragaman bentuk kehidupan manusia muka
bumi, proses pembentukan, dan dampaknya
terhadap kehidupan. 1.2.Mendeskripsikan kehidupan pada masa pra-aksara di
Indonesia. a. Memahami kehidupan 2.1 Mendeskripsikan interaksi sebagai proses
sosial sosial manusia 2.2 Mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses
pembentukan kepribadian 2.3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial 2.4
Mengurai-kan proses interaksi sosial usaha 3.1.Mendes-krepsikan manusia sebagai
b. Memahami makhluk sosial dan ekonomi
yang manusia memenuhi bermoral dalam memenui kebutuh-an kebutuhan
3.2.Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan
sehari-hariPengembangan Kurikulum Page 17
18.
Semester
2Pengembangan Kurikulum Page 18
19.
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar c. Memahami usaha 4.1.Menggunakan peta, atlas,dan globe, untuk mendapat-kan informasi
manusia untuk keruangan mengenali 4.2.Membuat sketsa dan peta wilayah perkembangan yang menggam
barkan obyek geografi lingkungannya 4.3. Mendeskripsikan kondisi geografisdan penduduk 4.4. Mendeskripsikan
gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap
kehidupan.2. Perencanaan dan Pengembangan Silabus Untuk perencanaan dan pengembangan Silabus dapat dilihat pada
lampiran 1, tentang Silabus matapelajaran IPS. a. Prinsif Pengembangan Silabus
• Ilmiah • Relevan • FleksibelPengembangan Kurikulum Page 19
20. • Kontinuitas • Konsisten • Memadai •
Actual dan kontekstual • Efektif • Efisien b.
Prosedur Pengembangan Silabus : • Mengisi kolom identitas • Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi •
Mengkaji dan mementukan kompetensi dasar •
Mengidentifikasi materi standar • Mengembangkan pengalaman belajar ( standar
proses) • Merumuskan indicator keberhasilan • Menentukan penulaian (standar
penilaian) • Alokasi waktu • Menentukan sumber belajar c. Proses Pengembangan
silabus : • Perencanaan • Pelaksanaan • Penilaian • Revisi3. Perencanaan dan Pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)Pengembangan Kurikulum Page 20
21.
Untuk perencanaan dan pengembangan
RPP (Rencana Program Pembelajaran) dapat dilihat pada lampiran 2, tentang RPP
(Rencana Program Pembelajaran) matapelajaran IPS. a. Fungsi RPP : • Fungsi
perencanaan • Fungsi pelaksanaan b. Pelaksanaan Pembelajaran : • Pre test ( tes
awal) • Pembentukan kompetensi • Pos tes4. Pengembangan program • Program tahunan • Program semester •
Program mingguan dan harian • Program pengayaan dan remedial • Program pengembangan
diriPengembanganKurikulum Page 21
22. Lampiran 1
Silabus….Pengembangan Kurikulum Page 22
23. Lampiran 2
RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )SMP/MTs :PengembanganKurikulum Page 23
24. Mata
Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)Kelas/Semester : VII/IIStandar
Kompetensi : 4. Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan
lingkungannyaKompetensi Dasar Indikator : 4.1. Menggunakan peta, atlas,dan globe,
untuk mendapatkan informasi keruanganIndikator : Membedakan peta, atlas, dan globe. • Mengidentifikasi • jenis,
bentuk dan pemanfaatan
peta. Mengidentifikasi informasi geografis dan • peta,
atlas dan globe.
Mengartikan berbagai skala. • Memperbesar dan memperkecil
peta • dengan bantuan garis-garis koordinatAlokasi Waktu : 8 Jam pelajaran (4 x
pertemuan)A. Tujuan Pembelajaran : Setelah selesai melakukan kegiatan
pembelajaran, siswa dapat : Mengidentifikasi perbedaan antara peta, atlas, dan globe. 1.Mengidentifikasi jenis-jenis
peta. 2.Mengidentifikasi bentuk-bentuk peta. 3.Megidentifikasi pemanfaatan
peta. 4.Mengartikan berbagai skala. 5.Menentukan letak suatu tempat menggunakan
garis lintang dan bujur.
6.Memperagakan gerak rotasi bumi menggunakan globe. 7.Mempergunakan indeks
untuk mencari letak suatu tempat di atlas. 8.Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan
garis-garis koordinat.B. Materi Pembelajaran 1. Pengertian peta, atlas, dan globe. 2. Jenis peta : Peta umumPengembangan Kurikulum Page 24
25.
Peta tematik (khusus) 3.
Bentuk peta: Peta datar Peta timbul 4. Menentukan letak suatu tempat
menggunakan garis lintang dan bujur. 5.
Memperagakan gerak rotasi bumi menggunakan globe. 6. Skala Peta: Skala Angka
Skala Verbal Skala Grafik 7. Memperbesar dan Alat bantu
apakah yang dapat memudahkan untuk menemukan rumah temanmu tersebut ?
b.Kegiatan Inti - Siswa dibagi dalam Empat kelompok. - Setiap kelompok diberi
tugas untuk mengamati peta, atlas,Ø Siswa
diminta untuk saling bertukar pekerjaan tentang rute perjalanan tersebut dengan
temannya, kemudian ditanya "Mudah atau sukarkah kalian menemukan rumah
temanmu dengan uraian rute perjalanan tersebut ? Ømemperkecil peta dengan bantuan garis
koordinat.C. Metode Pembelajaran 1.Ceramah bervariasi 2.Diskusi 3.lnquiri
4.Tanya jawab 5.Simulasi 6.Observasi / PengamatanD. Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama a.Pendahuluan - Apersepsi : Tulislah rute
perjalananmu dari rumah ke sekolah - Motivasi : danglobe: - Kelompok 1 : Pengertian dan perbedaan peta, atlas, dan globe - Kelompok 2 : Perbedaan
unsur-unsur peta dan atlas. - Kelompok 3 : Simbol-simbol pada
peta dan contoh-contohnya. - Kelompok 4 :
Jenis-jenis peta beserta contoh-contohnya - Setiap kelompok membuat laporan hasil
pengamatan. - Setiap kelompok mempresentasikan di depan kelas hasil dari
pengamatannya.Pengembangan Kurikulum Page 25
26. Tanya jawab tentang perbedaannya dari
peta, atlas dan globe. - c.Penutup - Penilaian -
Refleksi : Siswa mengungkapkan kesan terhadap pentingnya mempelajari peta,
atlas, dan globe.F. Penilaian 1. Teknik
Penilaian: a.Tes Tulis. b.Tes unjuk kerja. 2. Bentuk Instrumen Tes uraian. Tes
identifikasi. Uji petik kerja produk 3. Soal/instrumen: Tes uraian : (1)
Sebutkan unsur-unsur peta dan atlas! (2)
Berikan masing-masing 2 contoh peta umum dan peta
khusus! (3) Jelaskan 2 bentuk
peta! (4) Jelaskan pengertian
skala peta 1 : 125.000! (5) Tentukan letak astronomis (lintang dan bujur) dari kota Jakarta! Tes
identifikasi : - Carilah letak Kota Malang pada atlas dengan menggunakan
indeks! Uji petik kerja produk : - Pilihlah peta salah satu pulau di Indonesia
dalam atlasmu, kemudian perbesarlah 2 kali ! Standar Kompetensi : Memahami
usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya NO TIK BENTUK EVALUASI
CONTOHPengembangan Kurikulum Page 26
27.
1 Tes Tulis Tes Uraian Jelaskan perbedaan peta dan atlas 2 Tes Unjuk Kerja Tes Identifikasi
Carilah kota Malang pada atlas dengan menggunakan indeks 3 Tes Unjuk Kerja
Petik uji kerja produk Pilihlah peta salah satu pulau di Indonesia dalam
atlasmu kemudian perbesar 2 kaliB. PENGEMBANGAN KURIKULUMPENDIDIKAN NON FORMALPengembangan Kurikulum Page 27
28.
Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan
dari sentralisasi ke desentralisasi dan otonomi pendidikan mendorong terjadinya perubahan dan pembaruan pada beberapa aspek
pendidikan. KurikulumPendidikan Non Formal pun menjadi
perhatian dan pemikiran-pemikiran baru,sehingga
mengalamiperubahan kebijakan. Menurut UU Sisdiknas 20 Tahun
2003 Pasal 13 ayat(1)”jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal,nonformal,dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”,kemudian menurut Pasal 26
ayat(2):”Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dankepribadian profesional” dan ayat (3) menyatakan bahwa “pendidikan
nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,pendidikan anak usia
dini,pendidikan kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan keaksaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik”. Selain itu juga ada memperhatikan adanya Keputusan Menteri No.30 Tahun 2005 Tentang Badan Akreditasi Pendidikan Non Formal,Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan, Peraturan
Pemerintah No.23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi(BNSP). Mutu
pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, terbuka, demokratis,dan mampu bersaing sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. 1. KURIKULUM MAKRO UNTUK PENDIDIKAN NON FORMAL Kurikulum makro untuk pendidikan non formal
meliputi : a. Nama Lembaga / Institusi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
“X“ merupakan salah satu unit pendidikan pada Yayasan Lembaga Pendidikan “Y”
didirikan pada tahun 1988.Pengembangan Kurikulum Page 28
29. b. Visi dan Misi Visi Mengentaskan kebodohan dan kemiskinan melalui pendidikan dan ketrampilan, serta berperan aktif
membantu pemerintah dalam program wajib belajar. Misi 1. Melalui PKBM dengan
program kejar Paket A/B/C memberikan pendidikan paripurna sehingga siswa tidak
hanya dibekali ilmu pendidikan formal tetapi diberikan bekal kebisaan melalui berbagai
jenis ketrampilan yang nantinya dapat menjadi bekal hidup. 2. Untuk membentengi
Akhlak dan Aqidah
diberikan pelajaran keagamaan secara menyeluruh sehingga mempunyai budi pekerti
yang luhur karena apa gunanya berotak cerdas tapi berakhlak yang tidak baik. Dan untuk menambah rasa kebangsaan diberikan
pendidikan seni budaya. c. Tujuan Lembaga / Institusi Bimbingan Belajar
(Bimbel) “X“ bertujuan : • Membantu anak yang masih belajar tetapi keadaan
keluarga tidak mampu atau anak yatim, piatu, yatim piatu. • Membantu pemerintah
dalam program wajib belajar dan mencerdaskan
bangsa. • mengajarkan pendidikan agama melalui melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. • Menciptakan
generasi muda yang cerdas dan mempunyai
kebisaan. • Berbudi pekerti yang luhur dan berakhlakul
karimah • Mempunyai wawasan luas dengan mencintai seni budaya daerah melalui
seni tari, marawis, pakaian daerah.Pengembangan Kurikulum Page 29
30. • Mampu
dengan kebisaannya menciptakan pekerjaan, dan dapat
mengangkat derajat orang tua dankeluarganya dengan menjadi insan yang mandiri.2. KURIKULUM MESO UNTUK PENDIDIKAN NON FORMAL a.
Program Pendidikan Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) • Program Pendidikan
Paket A, B , C Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di masjid Miftahul Jannah
lantai 1,2 dan 3 dengan
waktu belajar Senin sampai dengan Sabtu dimulai jam 6.30-17.00 WIB. Program
kegiatan yang berjalan pada saat ini adalah : 1. Paket A Pelajaran yang
diberikan mengacu pada standar ujian nasional dengan kurikulum yang telah ditetapkan Dikmenti. Program
Paket A yang ada di Miftahul Jannah sebagian besar adalah pindahan dari sekolah
swasta yang putus di tengah jalan karena faktor biaya. Proses pembelajaran
dillaksanakan setiap hari Senin s.d Jum’at jam 06.30 – 12.00 WIB dengan materi
pelajaran meliputi pelajaran umum danpelajaran agama. 2. Paket B (Setara SMP) Pelajaran yang
diberikan mengacu pada standar ujian nasional dengan kurikulum yang telah ditetapkan Dirjen PNFI Dikmen
yang diberikan oleh tutor dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai dengan
jurusan. 1. Dilaksanakan setiap hari Senin s.d Jum’at jam 06.30 – 15.00 WIB 2.
Pelajaran dimulai dari jam 6.30 dengan pembacaan hafalan ayat-ayat suci
Al-Qur’an, dilanjutkan dengan sholat Dhuha berjama’ah kemudian anak masuk ke
dalam kelas untuk membaca Al-Qur’an sesuai dengan tingkat kemampuannya, ditutup
dengan tadarus Al-Qur’an 3. Jam 9.30 mulai pelajaran umum meliputi Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, matematika, IPA,
IPS, PKn. 4. Jam 12.00 Sholat dzhuhur berjama’ah dilanjutkan dengan pembacaan
ayat-ayat suci Al-Qur’anPengembangan Kurikulum Page 30
31.
5. Jam 13.00- 15.00 WIB makan siang dilanjutkan
pelajaran ketrampilan perkelas sesuai jadwal. 6. Kelulusan Paket B Sampai saat
ini jumlah kelulusan Paket B adalah 100%. Sebagian besar melanjutkan ke Paket C
Miftahul Jannah, dan adapula
yang masuk sekolah formal 3. Paket C (Setara SMA) Pelajaran yang diberikan
mengacu pada standar ujian nasional dengan kurikulum yang telah
ditetapkan Dirjen PNFI Dikmendan diberikan oleh Tutor dari berbagai
disiplin ilmu yang sesuai dengan jurusan. 1. Dilaksanakan setiap hari Senin s.d
Jum’at jam 09.00 – 17.00 WIB 2. Pelajaran dimulai jam 09.30-12.00 WIB dengan
pelajaran ketrampilan bergilir perkelas. 3. Jam 12.00 sholat dzhuhur berjama’ah dan pembacaan ayat- ayat suci Al-Qur’an 4.
Jam 13.00-15.00 WIB pelajaran umum meliputi, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS (Ekonomi, Sosiologi), Bahasa Inggris, PPKn 5.
Jam 15.00-15.45 WIB sholat
Ashar berjama’ah 6. Jam 15.45-17.00 WIB pelajaran umum Sessian 2 7. Jam
17.00-17.30 WIB makan • Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pelajaran yang
diberikan mengacu pada standar pendidikan Anak Usia Dini yang telah ditetapkan
pemerintah tidak hanya memberi bekal pendidikan agama dan akademis saja, melainkan juga membimbing dan membina anak agar dapat membangun dan menumbuhkan kemampuan IQ (kemampuan
akal), EQ (Kecerdasan Emosi) dan SQ (Kecerdasan Spritual). Kegiatan
belajar mengajar untuk murid PAUD dilaksanakan setiap hari Jum’at dan Sabtu jam 13.00-15.00 WIB.Pengembangan Kurikulum Page 31
32.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terbagi
manjadi bebarapa kelas yang dibagi berdasarkan usia. Adapun pelajaran yang
diberikan setiap siswa melalui sasaran: 1. Belajar melalui bermain 2. Kreatif daninovatif 3.
Mengaktifkan syaraf motorik 4. Beorientasi kepada kebutuhan 5. Lingkungan yang
kondusif bersosialisasi dengan teman-teman 6. Menggunakan media & sumber
belajar 7. Memotivasi anak untuk mandiri 8. Menghilangkan sifat individual
sedikit demi sedikit 9. Menanam nilai-nilai keagamaan & budi pekerti 10.Pembiasaan
dalam beribadah• Pendidikan Ketrampilan seluruh siswa PKBM Mifahul Jannah
diwajibkan mengikuti ketrampilan. Mereka dapat memilih lebih dari satu macam
ketrampilan yang diajarkan. semua ini diberikan secara gratsi dengan tujuan
agar selesai tamat dari PKBM Miftahul Jannah setiap siswa mempunyai keahlian
sehingga dapat menjadi manusia yang mandiri baik dapat menciptakan lapangan
pekerjaan maupun bekerja diberbagai lapangan usaha sehingga mampu dengan
ketrampilannnnya itu menopang kehidupan pribadi dan keluarga. Disamping diberikan
ketrampilan seperti diatas para peserta pelatihan juga diberikan pengetahuan
dasar kewirausahaan yang meliputi : 1. Pembentukan sikap, etika danpercaya
diri 2. Pengetahuan wirausaha praktek 3. Pembukuan sederhana usaha praktek 4. Teknik
cara melayani konsumen 5. Teknik memasarkan dan menjalankan
usaha 6. Motivasi diri sendiri 7. Etika KerjaPengembangan Kurikulum Page 32
33.
3. KURIKULUM MIKRO UNTUK PENDIDIKAN NON FORMAL Kurikulum mikro untuk pendidikan non formal
meliputi : a. Modul Pembelajaran b. Mengasah keterampilan yang dimiliki c.
Belajar membuka usaha dengan keterampilan diri sendiriLampiran 3Pengembangan Kurikulum Page 33
34. Tas Mukena
Sampul Al Qur’an DAFTAR PUSTAKAPengembangan Kurikulum Page 34
35. Nana
Syaodih Sukmadinata. 2010. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya Syafruddin Nurdin. 2010. Pembinaan &
Pengembangan Kurikulum di Sekolah,
Madrasah danPerguruan Tinggi, Jakarta : PT Ciputat Press Wina
Sanjaya. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran,
Teori danPraktek Pengembangan KTSP, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group Mustofa Kamil. 2009. Pendidikan Nonformal,
Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia
(Sebuah Pembelajaran dari Kominkan Jepang), Bandung : AlfabetaIbrahim. (2002).
Standar Kurikulum Satuan
Pendidikan dan Implikasi
bagi Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi.
Mimbar Pendidikan. Jurnal Pendidikan. No.1 Tahun XXI tahun 2002. Bandung.
University Press UPI.Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta. Medya
Duta.http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/31/dasar-dasar-pengembangan-kurikulum/http://subliyanto.blogspot.com/2010/04/humas-sekolah.htmlhttp://freecourseware.uwc.ac.za/freecourseware/nursing/curri.http://www.miftahul-jannah.com/pkbm.htmlPengembangan Kurikulum Page 35
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rata-rata anak masuk sekolah dasar (SD),
terutama yang berada di kota sudah dapat berbahasa Indonesia sebagaimana orang
dewasa. Sudah dapat atau sudah mampu diartikan sebagai kemampuan atau
kompetensi menggunkan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari,
misalnya untuk berbicara dengan orang tuanya atau dengan teman sepermainnya
atau dengan yang lainnya. Akan tetapi, ini baru salah satu segi dari kemampuan berbahasa
Indonesia. Seorang yang mahir atau terampil berkomunikasi dengan tetanggga atau
temannya belum tentu mampu mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk berpidato
pada suatu upacara. Kemampuan berbicara pada situasi takformal seperti pada
berbincang-bincang dengan tetangga atau temannya itu tidak sama dengan
kemampuan berbahasa Indonesia (berbicara) pada situasi formal. Kemampuan
berbahasa (berbicara) ragam formal tidak akan diperoleh dengan sendirinya.
Kemampuan ini harus direnggut lewat jalur sekolah, lewat program yang
direncanakan secara khusus, dan lewat latihan-latihan. Bahasa sebagai alat
komunikasi digunakan melelui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Kegiatan yang paling praktis dan taktis untuk melakukan komunikasi
ialah berbicara. Di mana saja, kapan saja, dan siapa saja berbicara untuk
berkomunikasi. Bahkan terhadap bayi yang belum mampu berbahasa pun orang
menyapa dengan bahasa. Oleh karena itu, guru yang mengajarkan keterampilan
berbahasa (dengan fokus berbicara) diharapkan dapat memberikan dorongan kepada
peserta didik melalui perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
dengan baik. B. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari modul ini adalah sebagi
berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru peserta program BERMUTU
memahami konsep berbicara, tujuan, jenis berbicara, metode, dan faktor penentu
keberhasilan berbicara . 2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru peserta
program BERMUTU dalam memhami konsep pembelajaran berbicara, pemilihan metode,
karaktreristik pembelajaran berbicara, pemilihan media, pemilihan metode.
Pembelajaran Berbicara – KKG 1
3. Meningkat pengetahuan peserta dalam mengaplikasikan pembelajaran
pembelajaran berbicara di sekolah : penentuan bahan, metode, media dan
penilaian. C. Alokasi waktu Alokasi waktu yang disediakan untuk mempelajari
modul ini 4 x 45 menit. D. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai adalah guru
sekolah dasar peserta program BERMUTU yang belum berkualifikasi SI atau akta
IV. Pembelajaran Berbicara – KKG 2
BAB II BERBICARA DAN PEMBELAJARANNYA A. Berbicara 1. Pengertian Berbicara
Seperti telah kita ketahui bahwa dalam kegiatan menyimak aktivitas kita awali
dengan mendengarkan dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi. Kegiatan
berbicara tidak demikian . Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang
harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar
penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu. Manusia sebagai
makhluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama denagn manusia lain. Hubungan
dengan manusia lainnya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan
persaan, menyampaikan suatu informasi, ide atau gagasan serta pendapat atau
pikiran dengan suatu tujuan. Dalam menyampaikan pesan seseorang menggunakan
suatu media atau alat yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa lisan. Seorang yang
akan menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat
memahaminya. Pemberi pesan disebut juga pembicara dan penerima pesan disebut
penyimak atau pendengar. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan
seperti itu disebut berbicara. Dengan rumusan lain dapat dikemukakan bahwa
berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Anda
sudah tidak asing lagi mendengar atau membaca istilah “berbicara” dan bahkan
Anda setiap saat melakukan bicara. Nina dikatakan “berbicara” ketika ia
mengucapkan salam kepada ibunya. “Assalamualaikum.” Ibu Rita dikatakan
“berbicara” ketika membicarakan kenaikan harga minyak tanah dalam pengajian.
Ketua RT (Rukun Tetangga) dikatakan “berbicara” ketika mengajak warganya untuk
bekerja bakti membersihkan jalan dan selokan air dalam rangka menyambut hari
ulang tahun kemerdekaan Republik Indnesia. Dihan dikatakan “berbicara” ketika
ia bertanya kepada gurunya tentang pelajaran yang ia belum ketahui. Anda
dikatakan “berbicara” ketika Anda menjelaskan atau menjawab pertanyaan siswa
Anda. Lalu, apakah berbicara itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M.
Moeliono, dkk., 1998:114) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata; bercakap;
berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau
berunding. Guntur Tarigan (1983 :15) berpendapat bahwa “ berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan , menyatakan serta menyampaikan pikiran , gagasan, dan
perasaan”. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai
suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Pembelajaran Berbicara – KKG 3
Jadi, pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan
seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima pesan atau informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan
penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara
itu dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara. Kemampuan berbicara
merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh seorang guru. Jika seorang
guru menuntut siswanya dapat berbicara dengan baik, maka guru harus memberi
contoh berbicara yang baik hal ini menunjukkan bahwa di samping menguasai teori
berbicara juga terampil berbicara dalam kehidupan nyata. Guru yang baik harus
dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan. 2. Tujuan
berbicara Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti
mempunyai tujuan, ingin mendapatkan responsi atau reaksi. Responsi atau reaksi
itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicaraan
sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara. Secara umum tujuan
pembicaraan adalah sebagai berikut: a. mendorong atau menstimulasi, b.
meyakinkan, c. menggerakkan, d. menginformasikan, dan e. menghibur. Tujuan
suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi apabila pembicara berusaha
memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan
adalah menimbulkan inpirasi atau membangkitkan emosi para pendengar. Misalnya,
pidato Ketua Umum Koni di hadapan para atlet yang bertanding di luar negeri
bertujuan agar para atlet memiliki semangat bertanding yang cukup tinggi dalam
rangka membela Negara. Tujuan suatu uaraian atau ceramah dikatakan meyakinkan
apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para
pendengar. Alat yang paling penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk
itu diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat uraian
untuk meyakinkan pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah adanya persesuain
keyakinan, pendapat atau sikap atas persoalan yang disampaikan. Tujuan suatu
uraian disebut menggerakkan apabla pembicara menghendaki adanya tindakan atau
erbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan persetujuan atau
ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan
aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang
mendalam atau terbakarnya emosi. Pembelajaran Berbicara – KKG 4
Tujuan suatu uraian dikatakan menginformasikan apabila pembicara ingin
memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan
memahaminya. Misalnya seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang
dokter menyampaikan masalah kebersihan lingkungan, seorang polisi menyampaikan
masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya. Tujuan suatu uraian dikatakan
menghibur, apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para
pendengarnya. Pembicaraan seperti ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi,
ulang tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya. Humor merupakan alat yang
paling utama dalam uraian seperti itu. Reaksi atau response yang diharapkan
adalah timbulnya rasa gembira, senang, dan bahagia pada hati pendengar. 3.
Jenis – Jenis Kegiatan Berbicara Berbicara terdiri atas berbicara formal dan
berbicara informal .Berbicara informal meliputi bertukar pikiran, percakapan,
penyampaian berita, bertelepon, dan memberi petunjuk. Sedangkan berbicara
formal antara lain, diskusi, ceramah, pidato, wawancara, dan bercerita (dalam
situasi formal). Pembagian atau klasifikasi seperti ini bersifat luwes.
Artinya, situasi pembicaraan yang akan menentukan keformalan dan
keinformalannya. Misalnya : penyampaian berita atau memberi petunjuk dapat juga
bersifat formal jika berita itu atau pemberian petunjuk itu berkaitan dengan
situasi formal, bukan penyampaian berita antarteman atau bukan pemberian
petunjuk kepada orang yang tersesat di jalan. Berikut ini salah satu contoh
pemberian petunjuk pada situasi formal. Petunjuk seorang pemimpin kepada para
bawahannya Pemimpin : Saudara-saudara karyawan PT “A” Pada pagi ini, saya akan
menyampaikan informasi mengenai bagaimana membuat laporan yang baik. Contoh
berikut ini adalah pemberian petunjuk informal. Seorang perempuan tersesat di
jalan dan ia tidak tahu ke mana arah menuju stasiun kereta. Ia bertemu dengan
seorang pelajar putri dan bertanya, Perempuan : De, ke mana arah stasiun kereta
Pelajar : Ibu mau ke mana Perempuan : Ibu mau ke stasiun kereta Pembelajaran
Berbicara – KKG 5
Pelajar : Dari sini Ibu jalan ke pertigaan lampu merah kira-kira 200 m dari
pertigaan lampu merah, Ibu belok ke kiri, kir- kira 100 m di situ stasiun
kereta. Perempuan : Terima kasih, De, Pelajar : Terima kasih kembali, hati-hati
Bu. Berikut ini juga akan dicontohkan bertelepon yang dapat bersituasi
informal. Contoh : Bertelepon yang bersituasi informal Dihan : Dihan di sini
Ibu Rita : Halo, saya Rita, boleh saya bicara dengan Pak Deni Dihan : Maaf Bu,
Bapak sedang dinas luar. Ada pesan, Bu? Ibu Rita : Tolong sampaikan jasnya
sudah jadi. Pak Deni bisa ngambil besok atau setelah ia kembali dari dinas l
Terima kasih, De, Dihan. Dihan : Sama-sama, Bu. Contoh : Wawancara Wawancara
dilakukan di kantor Kepala Sekolah pada siang hari. Wawancara berlangsung
formal karena suasana dan situasi jam kerja. Pewawancara ingin mengetahui lebih
jauh mengenai keunggulan sekolah Pewawancara : Selamat pagi, Pak! Kepala
Sekolah : Selamat pagi. Pewawancara : Terima kasih Pak, karena Bapak telah
bersedia meluangkan waktu pagi ini untuk menjelaskan keunggulan sekolah yang
Bapak pimpin. Begini, Pak, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat bahwa sekolah
ini termasuk sekolah yang diunggulkan atau sekolah unggulan, apa yang
menyebabkan sekolah ini disebut sekolah unggulan? Kepala Sekolah : Sebenarnya
semua sekolah termasuk sekolah unggulan, namun, sekolah kami memang memiliki
kelebihan dari sekolah yang lain di antaranya adalah disiplin, baik kepala
sekolah, guru, siswa staf tata usaha, dan penjaga sekolah dengan kata lain
semua Pembelajaran Berbicara – KKG 6
elemen sekolah berdisiplin. Karena, disiplin merupakan modal utama kemajuan
sebuah sekolah. Pewawancara : Selain disiplin, apakah karena di sekolah ini
tempat anak orang yang memliki ekonomi menengah ke atas? Kelapa SekolaH :
Tidak, banyak di antara siswa kami yang orang tuanya berekonomi lemah, namun
mereka memiliki semangat yang tinggi dalam belajar. Pewawancara : Apakah siswa
yang masuk di sekolah ini diseleksi ? Kepala Sekolah : Ya, karena sekolah ini
daya tampungnya terbatas, sedangkan peminatnya terlalu banyak. Oleh karena itu,
siswa yang masuk ke sekolah ini kami seleksi. Pewawancara : Kalau begitu, siswa
yang masuk sekolah ini memang benar unggul! Kepala Sekolah : Benar, tetapi
jangan disalahtafsirkan bahwa siswa yang diterima di sekolah ini, mereka yang
unggul intelegensinya saja tapi mereka unggul dalam arti yang memiliki sikap
yang baik. Pewawancara : Terima kasih Pak, atas penjelasan Bapak. Selamat
Wawancara merupakan bentuk komunikasi khas karena jarang terjadi perubahan
peran pelaku komunikasi.. Selain wawancara dalam situasi formal terdapat pula
bentuk penyampaian dengan diskusi (formal). Diskusi dapat berwujud diskusi
kelompok, diskusi panel, seminar, pidato, dan ceramah. Berikut ini akan
diuraiakan bentuk-bentuk diskusi tersebut. a. Diskusi Pada saat Anda menatar
atau mengajar, Anda dapat meminta petatar atau siswa mendiskusikan materi
penataran/pelajaran. Pada saat Anda rapat, misalnya, Anda dan teman-teman dapat
mendiskusikan rencana pembangunan taman sekolah. Di kampung pun, ibu-ibu dapat
berdiskusi mengenai rencana apa saja. Pada tiga kalimat di atas menggunakan
kata diskusi. Lalu, apakah Diskusi itu? Diskusi dapat diartikan sebagai ‘suatu
proses bahasa lisan dalam bentuk tanya jawab’ ( Bagaimana pendapat Anda,
samakah dengan wawancara?) Selain itu, diskusi juga dapat dimaknai ‘suatu cara
untuk memecahkan masalah dengan proses berpikir’ (Tarigan dalam Kisyani,
2003:22). Diskusi dapat juga berarti ‘pembicaraan antar dua atau lebih orang
dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau keputusan
bersama mengenai suatu masalah’. Diskusi juga diartikan ‘pertemuan ilmiah untuk
Pembelajaran Berbicara – KKG 7
membahas suatu masalah’ (Anton M. Moeliono, dkk., 1988:209). Suatu diskusi
akan berhasil baik apabila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut. (1)
Peserta dapat menerima tujuan diskusi; (2) Peserta memahami permasalahan yang
akan didiskusikan; (3) Peserta memiliki rasa tanggung jawab untuk kelancaran
diskusi dan memiliki sikap tenggang rasa serta saling menghormati; (4) Pemimpin
diskusi dan pembicara (jika ada) merupakan orang yang tegas, berwibawa, dan
dihormati peserta diskusi; (5) Pemimpin diskusi menjamin kebebasan para peserta
diskusi untuk mengeluarkan pendapat (Kisyani, 2003:23). Sehubungan dengan
batasan bahwa diskusi ‘merupakan pertemuan ilmiah untuk membahas suatu
masalah’, berikut ini dibahas mengenai bentuk penyampaian dalam diskusi formal
yang meliputi diskusi kelompok, diskusi panel, seminar, pidato, dan curah
pendapat (brainstorming). 1) Diskusi kelompok Kelompok dapat diterjemahkan
‘beberapa individu yang berkumpul dengan suatu tujuan’ atau ‘ kumpulan orang
yang memiliki hubungan dengan pihak yang sama’ ( Anton M. Moeliono, dkk.,
1988:412). Dengan demikian secara umum dapat sering diartikan bahwa diskusi
kelompok adalah bertukar pikiran dalam musyawarah yang direncanakan atau
dipersiapkan anatara dua orang atau lebih tentang topik dengan seorang pemimpin
(Kisyani 2003:23). Diskusi kelompok sering juga disebut sebagai ‘percakapan
terpimpin’. Dalam diskusi kelompok biasanya dipimpin oleh seorang pemandu yang
bertugas membuka dan menutup acara, mengendalikan jalannya diskusi dan membuat
simpulan. Adapun sebagai nara sumber bertugas memberikan informasi yang
diperlukan, menelaskan hal-hal yang tidak dipahami peserta diskusi dan membuat
kesepakatan bersama dan putusan akhir. Sebagai seorang pemandu diskusi biasanya
mengucapkan salam pembuka, mengucapkan terima kasih, mengutarakan tujuan
diskusi, dan acara diskusi secara garis besar. Kemudian, pada saat menutup diskusi
biasanya pemandu membacakan atau menyampaikan simpulan atau rangkuman
pembicaraan, ucapan terima kasih, harapan, dan salam penutup. Berikut ini
secara umum dipaparkan langka-langkah atau tata cara dalam diskusi kelompok
sebagai berikut. (a) Pemandu membuka diskusi kelompok Pada saat membuka diskusi
kelompok seorang pemandu dapat mengucapkan salam pembuka dan mengemukakan
masalah yang aka didiskusikan. (b) Dilakukan pembicaraan hakikat masalah yang
didiskusikan Hakikat masalah yang didiskusikan disampaikan oleh pembicara
(peran pembicara dapat dirangkap oleh pemandu). Dalam hal ini pembicara dapat
mengemukakan bagian-bagian penting masalah yang akan didiskusikan. (c)
Pencarian sebab yang menimbulkan masalah Pencarian sebab dapat pula dikemukakan
oleh pembicara. Dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan bahwa peserta diskusi
akan ikut Pembelajaran Berbicara – KKG 8
menyumbangkan suara dalam merumuskan sebab-sebab yang menimbulkan masalah.
(d) Pendiskusian mengenai kemungkinan cara pemecahan masalah yang dapat
digunakan. (e) Setiap kemungkinan pemecahan masalah dipertimbangkan baik
buruknya, kemudian dipilih cara pemecahan yang terbaik. Cara pemecahan yang
dipilih adalah cara yangmerupakan pemufakatan dari hasil musyawarah. Namun,
andaikan tujuan diskusi bukan untuk memecahkan masalah, tetapi untuk menampung
pendapat, pemecahan masalah tidak mutlak dilakukan. (f) Pemandu menutup diskusi
kelompok Pada saat menutup diskusi kelompok dapat dikemukakan hasil diskusi,
harapan-harapan, dan salam penutup. 2) Diskusi Panel Diskusi panel adalah
diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang disebut panelis yang membahas
suatu masalah atau topik yang menjadi perhatian umum di depan khalayak atau
pendengar atau penonton. Misalnya: Dua atau tiga orang yang mempunyai keahlian
atau dianggap ahli dalam bidang tertentu mendiskusikan suatu masalah yang
dipimpin oleh seorang pemandu atau moderator di hadapan khalayak, pendengar
atau penonton. Dalam kegiatan ini penonton dapat diberi kesempatan untuk
bertanya, menyanggah atau berkomentar sesuai dengan tata tertib atau
kesepakatan antara para panelis dan moderator diskusi panel. Langkah-langkah
pembicaraan atau tata cara dalam suatu diskusi panel adalah sebagai berikut.
(a) Pemandu membacakan tata tertib dan memperkenalkan para panelis (b) Panelis
pertama diberi kesempatan berbicara dalam waktu yang telah ditentukan dalam
tata tertib. Panelis pertama ini menjelaskan masalah dan pandangannya terhadap
masalah sesuai dengan keahliannya. (c) Panelis kedua mengutarakan pendapat dan
pandangannya terhadap masalah yang dibicarakan sesuai dengan keahliannya. Waktu
yang digunakan panelis kedua ini sama dengan waktu yang digunakan oleh panelis
pertama. (d) Panelis ketiga diberi kesempatan untuk berbicara sesuai dengan
keahliannya. Waktu yang digunakan sama dengan panelis pertama dan kedua. (e)
Setelah semua panelis mengutarakan pandangan mereka, diadakan diskusi informal
antarpanelis disertai penjelasan mengapa mereka berbeda pendapat mengenai
masalah itu. (f) Pemandu menutup diskusi dengan menyimpulkan hasil pembicaraan
para panelis. Sedangkan khalayak tidak berpartisipasi aktif dalam diskusi ini.
Akan tetapi, dalam bentuk panel forum khalayak dapat berpartisipasi aktif atau
mempunyai hak untuk mengemukakan pendapat. Jadi yang dimaksud dengan forum ini
adalah forum terbuka, ada tanya jawab antara khalayak dengan panelis.
Pembelajaran Berbicara – KKG 9
3) Seminar Seminar merupakan jenis diskusi kelompok yang diikuti oleh para
ahli dan dipimpin oleh seorang pemandu untuk mencari pedoman dan penyelesaian
masalah tertentu. Hasil pemikiran atau hasil penelitian yang akan disampaikan
oleh pembicara atau penyanggah utama sebaiknya ditulis dalam kertas kerja atau
makalah. Langkah-langkah pembicaraan atau tata cara seminar adalah sebagi
berikut. (a) Pemandu membuka seminar, membacakan tata tertib, dan
memperkenalkan pembicara (serta penyanggah utama dan pembanding jka ada). (b)
Pembicara menyampaikan pandangannya terhadap masalah yang telah ditentukan. (c)
Pembicara kedua memgutarakan pandangannya. (d) Pembicara ketiga diberi
kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya. (e) Apabila ada penyanggah
atau pembanding diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahannya. (f) Peserta
seminar diberi kesempatan untuk menanggapi. (g) Dibentuk kelompok kecil untuk
membahas setiap makalah atau kertas keja dan merumuskan hasil (oleh tim
perumus). (h) Pemandu mengakhiri dan menutup seminar. 2) Pidato Pidato adalah
pengungkapan pikiran oleh seseorang dalam bentuk lisan yang ditujukan kepada
orang banyak. Misalnya: (1) Pidato kenegaraan, yaitu pidato Kepala Negara di
depan anggota DPR/MPR; (2) Pidato pengukuhan, yaitu pidato yang disampaikan
oleh seorang pejabat setingkat rektor universitas pada saat diangkat secara
resmi; (3) Pidato perpisahan. 3) Ceramah Ceramah adalah ungkapan pikiran secara
lisan oleh seseorang tentang sesuatu atau pengetahuan kepada para pendengar.
Dalam ceramah ada beberapa hal yang merupakan ciri khas, yaitu: (a) adanya
suatu yang dijelaskan atau diinformasikan untuk memperluas pengetahuan para
pendengar, biasanya disampaikan oleh seseorang yang memiliki keahlian atau
pengetahuan di bidang tertentu; (b) terdapat komunikasi dua arah antara
peceramah dengan pendengar yaitu, berupa dialog atau tanya jawab; (c) dapat
menggunakan alat bantu (over head projector, gambar untuk menjelaskan uraian).
Pembelajaran Berbicara – KKG 10
4. Metode Berbicara Ada empat cara atau teknik yang dapat atau biasa
digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraan,( H.G. Tarigan ) yaitu: (a)
Metode Impromptu ‘Serta Merta’ Dalam hal ini pembicara tidak melakukakan
persiapan lebih dulu sebelum berbicara, tetapi secara serta merta atau mendadak
berbicara berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Pembicara menyampaikan
pengetahuannya yang ada, dihubungkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.
(b) Metode Menghafal Pembicara sebelum melakukan kegiatannya melakukan
persiapan secara tertulis, kemudian dihafal kata demi kata, kalimat demi
kalimat. Dalam penyampaiannya pembicara tidak membaca naskah. Ada kecenderungan
pembicara berbicara tanpa menghayati maknanya, berbicara terlalu cepat. Hal itu
dapat menjemukan, tidak menarik perhatian pendengar. Mungkin juga ada pembicara
yang berhasil dengan metode ini. Metode ini biasanya digunakan oleh pembicara
pemula atau yang masih belum biasa berbicara di depan orang banyak. (c) Metode
Naskah Pada metode ini pembicara sebelum berbicara terlebih dulu menyiapkan
naskah. Pembicara membacakan naskah itu di depan para pendengarnya. Hal ini
dapat kita perhatikan pada pidato resmi Presiden di depan anggota DPR/MPR,
pidato pejabat pada upacara resmi. Pembicara harus memiliki kemampuan
menempatkan tekanan, nada, intonasi, dan ritme. Cara ini sering kurang
komunikatif dengan pendengarnya karena mata dan perhatian pembicara selalu
ditujukan ke naskah. Oleh karena itu, apabila akan menggunakan metode harus
melakukan latihan yang intensif. (d) Metode Ekstemporan Dalam hal ini pembicara
sebelum melakukan kegiatan berbicara terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan
cermat dan membuat catatan penting. Catatan itu digunakan sebagai pedoman
pembicara dalam melakukan pembicaraannya. Dengan pedoman itu pembicara dapat
mengembangkannya secara bebas. 5. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Berbicara
Dalam berbicara ada faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) pembicara, dan
(2) pendengar. Kedua faktor tersebut akan menentukan berhasil atau tidaknya
kegiatan berbicara. Di bawah ini kedua faktor tersebut akan dibahas satu
persatu. a. Pembicara Pembicara adalah salah satu faktor yang menimbulkan
terjadinya kegiatan berbicara. Dan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh pembicara untuk melakukan kegiatannya, yaitu: (1) pokok pembicaraan (2)
metode, (3) Pembelajaran Berbicara – KKG 11
bahasa, (4) tujuan, (5) sarana, dan (6) interaksi. Keenam hal itu akan
dibicarakan lebih mendalam sebagai berikut. 1) Pokok Pembicaraan Isi atau pesan
yang menjadi pokok pembicaraan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini. (a)
Pokok pembicaraan bermanfaat bagi pendengar baik berupa informasi maupun
pengetahuan. (b) Pokok pembicaraan hendaknya serba sedikit sudah diketahui dan
bahan untuk memperluas pembicaraan yang sudah diketahui itu lebih mudah
diperoleh. (c) Pokok pembicaraan menarik untuk dibahas baik oleh pembicara
maupun bagi pendengar. Pokok pembicaraan yang menarik biasanya pokok
pembicaraan seperti berikut: merupakan masalah yang menyangkut kepentingan
bersama; merupakan jalan keluar dari suatu persoalan yang tengah dihadapi;
merupakan persoalan yang ramai dibicarakan dalam masyarakat atau persoalan yang
jarang terjadi; mengandung konflik atau pertentangan pendapat. (d) Pokok
pembicaraan hendaknya sesuai dengan daya tangkap pendengar; tidak melebihi daya
intelektual pendengar atau sebaliknya, lebih mudah. 2) Bahasa Bagi pembicara,
bahasa merupakan suatu alat untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Oleh
karena itu, pembicara mutlak harus menguasai faktor kebahasaan. Di samping itu,
pembicara juga harus menguasai faktor nonkebahasaan. Faktor-faktor tersebut
akan dibahas berikut ini. a. Faktor Kebahasaan Faktor kebahasaan yang terkait
dengan keterampilan berbicara antara lain sebagai berikut. (1) Ketepatan
pengucapan atau pelafalan bunyi Pembicara harus membiasakan diri mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan berlatih
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Memang pola ucapan dan artikulasi yang kita
gunakan tidak selalu sama, masing-masing kita mempunyai ciri tersendiri. Selain
itu ucapan kita juga sering dipengaruhi oleh bahasa ibu. Akan tetapi, jika
perbedaan itu terlalu mencolok sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka
keefekvifan komunikasi akan terganggu. Sampai saat ini lafal bahasa Indonesia
belum dibakukan, namun usaha ke arah itu sudah lama dikemukakan adalah bahwa
ucapan atau lafal yang baku dalam bahasa Indonesia adalah ucapan yang bebas
dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau ciri-ciri lafal daerah. Pembelajaran
Berbicara – KKG 12
Di bawah ini disajikan pelafalan huruf, suku kata dan kata yang belum
sesuai dengan pelafalan bunyi bahasa Indonesia. (a) Pelafalan /c/ dengan /se/
WC dilafalkan /we –se/ seharusnya we-ce AC dilafalkan /a-se/ seharusnya /a-ce/
TC dilafalkan /te-se/ seharusnya /te-ce/ (b) Pelafalan /q/ dengan /kiu/ MTQ
dilafalkan / em-te-kiu/ seharusnya /em-te-ki PQR dilafalkan /pe-kiu-er/
seharusnya /pe-ki-er/ (c) Pelafalan /e/ sebagai /e’/ taling E dengan dilafalkan
dengan / dEngan /seharusnya / d ngan ke mana dilafalkan ke mana/ kE mana
/seharusnya /k mana/ berapa dilafalkan berapa /bErapa / seharusnya / b rapa /
esa dilafalkan esa / Esa / seharusnya / sa / ruwet dilafalkan /ruwEt /
seharusnya / ruw t / peka dilafalkan / pe – ka / seharusnya peka lengah
dilafalkan / l nah / seharusnya lengah /lEngah/ (d) Pelafalan diftong /au/
dengan /o/ kalau dilafalkan / kalo / seharusnya / kalaw/ saudara dilafalkan /
sodara / seharusnya / sawdara / (e) Pelafalan diftong /ai / sebagai /e / Pakai
dilafalkan / pake/ seharusnya / pakay / balai dilafalkan / bale / seharusnya /
balay / (f) Pelafalan / k / dengan bunyi tahan glotal (hamzah) pendidikan
dialafalkan / pendidi an / seharusnya /pendidikan/ kemasukan dilafalkan /
kemasu an / seharusnya / kemasukan / Tahun dilafalkan / taun / seharusnya /
tahun / Lihat dilafalkan / liat / seharusnya / lihat / Pahit dilafalkan / pait
/ seharusnya / pahit / (2) Penempatan Tekanan, Nada, Jeda, Intonasi dan Ritme
Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme yang sesuai akan merupakan
daya tarik tersendiri dalam benrbicara; bahkan merupakan faktor penentu dalam
keefektivan berbicara. Suatu topik pembicaraan mungkin akan kurang menarik,
namun dengan tekanan, nada, jangka dan intonasi yang sesuai akan mengakibatkan
pembicaraan itu menjadi menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar saja,
dapat menimbulkan kejemuan bagi pendengar dan keefektivan berbicara akan
berkurang. Kekurangtepatan dalam penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi,
dan ritme dapat menimbulkan perhatian pendengar beralih kepada cara berbicara
Pembelajaran Berbicara – KKG 13
pembicara, sehingga topik atau pokok pembicaraan yang disampaikan kurang
diperhatikan. Dengan demikian keefektivan berbicara menjadi terganggu. (3)
Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, Konkret, dan bervariasi Kata dan
ungkapan yang kita gunakan dalam berbicara hendaknya baik, konkret, dan
bervariasi. Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, maksudnya adalah pemilihan
kata yang tepat dan sesuai dengan keadaan para pendengarnya. Misalnya, jika
yang menjadi pendengarnya para petani, maka kata-kata yang dipilih adalah
kata-kata atau ungkapan yang mudah dipahami oleh para petani. Pemilihan kata
dan ungkapan harus konkret, maksudnya pemilihan kata atau ungkapan harus jelas,
mudah dipahami para pendengar. Kata-kata yang jelas biasanya kata-kata yang
sudah dikenal oleh pendengar yaitu kata-kata popular. Pemilihan kata atau
ungkapan yang abstrak akan menimbulkan kekurangjelasan pembicaraan. Pemilihan
kata dan ungkapan yang bervariasi, maksudnya pemilhan kata atau ungkapan dengan
bentuk atau kata lain lebih kurang maknanya sama dengan maksud agar pembicaraan
tidak menjemukan pendengar. (4) Ketepatan Susunan Penuturan Susunan penuturan
berhubungan dengan penataan pembicaraan atau uraian tentang sesuatu . Hal ini
menyangkut penggunaan kalimat. Pembicaraan yang menggunakan kalimat efektif
akan lebih memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan. b. Faktor
Nonkebahasaan Faktor-faktor nonkebahasaan mencakup (1) sikap yang wajar,
tenang, dan tidak kaku, (2) pandangan yang diarahkan pada lawan bicara, (3)
kesediaan menghargai pendapat orang lain, (4) kesediaan mengoreksi diri
sendiri, (5) keberanian mengungkapkan dan mempertahankan pendapat, (6)
gerak-gerik dan mimik yang tepat, (7) kenyaringan suara, (8) kelancaran, (9)
penalaran dan relevansi, dan (10) penguasaan topik. Faktor-faktor tersebut
dibahas secara lebih mendalam berikut ini. a) Sikap yang Wajar, Tenang, dan
Tidak Kaku Dalam berbicara, kita harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.
Bersikap wajar, berarti berbuat biasa sebagaimana adanya tidak mengada-ada.
Sikap yang yang tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah,
tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa. Sikap tenang dapat menjadikan jalan
pikiran dan pembicaraan menjadi lebih lancar. Dalam berbicara tidak boleh
bersikap kaku, tetapi harus bersikap luwes dan fleksibel. b) Pandangan Diarahkan
kepada Lawan Bicara Pada waktu berbicara pandangan kita harus diarahkan lawan
bicara, baik dalam pembicaraan perseorangan maupun kelompok. Pandangan
Pembelajaran Berbicara – KKG 14
pembicara yang tidak diarahkan kepada lawan bicara akan mengurangi
keefektivan berbicara, di samping itu, juga kurang etis. Banyak pembicara yang
tidak mengarahkan pandangannya kepada lawan bicaranya, tetapi melihat ke bawah
dan ke atas. Hal ini mengakibatkan perhatian pendengar menjadi berkurang. c)
Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain Menghargai pendapat orang lain berarti
menghormati atau mengindahkan pikiran orang lain, baik pendapat itu benar
maupun salah. Jika pendapat itu benar maka pendapat itulah yang harus kita
perhatikan dan jka pendapat itu salah pendapat itu pun harus kita hargai karena
memang itulah pengetahuan dan pemahamannya. d) Kesediaan Mengoreksi Diri
Sendiri Mengoreksi diri sendiri berarti memperbaiki kesalahan diri sendiri.
Kesediaan memperbaiki diri sendiri adalah sikap terpuji. Sikap seperti ini
sangat diperlukan dalam kegiatan berbicara agar diperoleh kebenaran atau
kesepakatan. Sikap ini merupakan dasar bagi pembinaan jiwa yang demokratis. e)
Keberanian Mengemukakan dan Mempertahankan Pendapat Dalam kegiatan berbicara
terjadi proses lahirnya buah pikiran atau pendapat secara lisan. Untuk dapat
mengungkapkan pendapat tentang sesuatu diperlukan keberanian. Seseorang
mengemukakan pendapat di samping memiliki ide atau gagasan , juga harus
memiliki keberanian untuk mengemukakannya. Ada orang yang mempunyai banyak ide
namun ia tidak dapat mengungkapkannya karena ia tidak memiliki keberanian.
Atau, sebaliknya ada orang yang berani mengungkapkan pendapat namun ia tidak
atau kurang idenya sehingga apa yang ia ungkapkan terkesan asal bunyi. f) Gerak
– gerik dan Mimik yang Tepat Salah satu kelebihan dalam kegiatan bericara
dibandingkan dengan kegiatan berbahasa yang lainnya adalah adanya gerak-gerik
dan mimik yang dapat memperjelas atau menghidupkan pembicaraan. Gerak- gerik
dan mimik yang tepat akan menunjang keefektivan berbicara. Akan tetapi
gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektivan berbicara. g)
Kenyaringan Suara Kenyaringan suara perlu diperhatikan oleh pembicara untuk
menunjang keefktivan berbicara. Tingkat kenyaringan suara hendaknya disesuaikan
dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik yang ada. Jangan sampai
suara terlalu nyaring atau berteriak-teriak di tempat atau akustik yang terlalu
sempit; atau sebaliknya, suara terlalu lemah pada ruangan yang luas, sehingga
tidak dapat ditangkap oleh semua pendengar. h) Kelancaran Kelancaran seseorang
dalam berbicara akan memudahkan pendengar menagkap isi pembicaraannya.
Pembicaraan yang terputus-putus atau bahkan diselingi dengan bunyi-bunyi
tertentu, misalnya, e…, em…, apa Pembelajaran Berbicara – KKG 15
itu.., dapat mengganggu penangkapan isi pembicaraan bagi pendengar. Di
samping itu, juga jangan berbicara terlalu cepat sehingga menyulitkan pendengar
sukar menangkap isi atau pokok pembicaraan. i) Penalaran dan Relevansi Dalam
berbicara, seorang pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran yaitu cara
berpikir yang logis untuk sampai kepada kesimpulan. Hal itu menunjukkan bahwa
dalam pembicaraan seorang pembicara terdapat urutan pokok-pokok pikiran logis
sehingga jelas arti atau makna pembicaraannya. Relevansi berarti adanya
hubungan atau kaitan antara pokok pembicaraan dengan urainnya. j) Penguasaan
Topik Pengauasaan topik pembicaraan berarti pemahaman suatu pokok pembicaraan.
Dengan pemahaman tersebut seorang pembicara memiliki kesanggupan untuk
mengemukakan topik itu kepada para pendengar. Oleh karena itu, sebelum
melakukan kegiatan berbicara di depan umum seharusnya seorang pembicara harus
menguasai topik terlebih dahulu. Sebab, dengan penguasaan topik akan
membangkitkan keberanian dan menunjang kelancaran berbicara. 3) Tujuan Seorang
pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti mempunyai tujuan,
ingin mendapatkan responsi atau reaksi. Responsi atau reaksi itu merupakan
suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicaraan ssangat
tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara. Secara umum tujuan pembicaraan
adalah sebagai berikut: a. mendorong atau menstimulasi, b. meyakinkan, c.
menggerakkan, d. menginformasikan, dan e. menghibur. Tujuan suatu uraian dikatakan
mendorong atau menstimulasi apabila pembicara berusahamemberti semangat dan
gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan
inpirasi atau membangkitkan emosi para pendengar. Misalnya, pidato Ketua Umum
Koni di hadapan para atlet yang bertanding di luar negeri bertujuan agar para
atlet memiliki semangat bertanding yang cukup tinggi dalam rangka membela
Negara. Tujuan suatu uaraian atau ceramah dikatakan meyakinkan apabila
pembicara berusaha memengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar.
Alat yang paling penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk itu
diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat uraian untuk
meyakinkan pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah adanya persesuain
keyakinan, pendapat atau sikap atas persoalan yang disampaikan. Pembelajaran
Berbicara – KKG 16
Tujuan suatu uraian disebut menggerakkan apabla pembicara menghendaki
adanya tindakan atau erbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan
persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu
resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah
keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi. Tujuan suatu uraian dikatakan
menginformasikan apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar
para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. Misalnya seorang guru
menyampaikan pelajaran di kelas, seorang dokter menyampaikan masalah kebersihan
lingkungan, seorang polisi menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya.
Tujuan suatu uraian dikatakan menghibur, apabila pembicara bermaksud
menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Pembicaraan seperti ini
biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan
gembira lainnya. Humor merupakan alat yang paling utama dalam uraian seperti
itu. Reaksi atau response yang diharapkan adalah timbulnya rasa gembira,
senang, dan bahagia pada hati pendengar. 4) Sarana Sarana dalam kegiatan
berbicara mencakup waktu, tempat, suasana, dan media atau alat peraga. Pokok
pembicaraan yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan waktu yang telah
ditentukan. Berbicara terlalu lama atau melebihi waktu yang di sediakan dapat
menimbulkan rasa jenuh para pendengar. Tempat berbicara sangat menentukan
keberhasilan pembicaraan. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor lokasi,
jumlah pendengar, posisi pembicara dan pendengar, cahaya, udara, dan pengeras
suara. Berbicara pada suasana tertentu pun akan mempengaruhi keberhasilan
pembicaraan. Pembicaraan yang berlangsung pada pagi hari tentu akan lebih
berhasil dibandingkan dengan pembicaraan pada siang, sore, dan malam hari.
Media atau alat peraga akan membantu kejelasan dan kemenarikan uraian. Karena
itu, jika memungkinkan, dalam berbicara perlu diusahakan alat bantu seperti film,
gambar, dan alat peraga lainnya. 5) Interaksi Kegiatan berbicara berlangsung
menunjukkan adanya hubungan interaksi antara pembicara dan pendengar. Interaksi
dapat berlangsung searah, dua arah, dan bahkan multi arah. Kegiatan berbicara
yang berlangsung satu arah, misalnya laporan pandangan mata pertandingan sepak
bola, tinju, pembacaan berita. Kegiatan berbicara yang berlangsung dua arah,
misalnya pembicaraan dalam bentuk dialog atau wawancara. Sedangkan kegiatan
berbicara yang berlangsung multi arah biasanya terjadi pada acara diskusi,
diskusi kelompok, rapat, seminar, dan sebagainya. Pembelajaran Berbicara – KKG
17
2. Pendengar Suatu kegiatan berbicara akan berlangsung dengan baik apabila
dilakukan di hadapan para pendengar yang baik. Karena itu, pendengar harus
mengetahui persyaratan yang dituntut untuk menjadi pendengar yang baik.
Pendengar yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a)
memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga memungkinkan dapat
melakukan kegiatan mendengarkan; memusatkan perhatiandan pikiran kepada
pembicaraan; b) memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat
mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan; c) mengusahakan agar meminati
isi pembicaraan yang didengarkan; d) memiliki kemampuan linguistik dan
nonlinguistik yang dapat meningkatkan keberhasilan mendengarkan; e) memiliki
pengalaman dan pengetahuan luas yang dapat mempermudah pengertian dan pemahaman
isi pembicaraan. B. Pembelajaran Berbicara 1. Pengertian Pembelajaran berbicara
Apa yang dimaksud dengan istilah Pembelajaran? Pembelajaran adalah proses atau
hal mempelajari. Kurikulum 1984, kita temukan istilah pengalaman belajar. Dalam
konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sering disinggung aktivitas belajar.
Dalam keterampilan proses kita temukan istilah kegiatan belajar dan di dalam
Kurikulum 2003 istilah yang digunakan standar kompetensi atau kompetensi dasar.
Semua istilah itu mengacu pada pengertian yang sama yaitu pengalaman belajar
yang dilakukan dirasakan murid dalam menguasai suatu bahan pembelajaran. Dengan
kata lain pembelajaran ialah pengalaman yang dialami murid dalam proses
menguasai kompetensi dasar pembelajaran. Di dalam KTSP dinyatakan bahwa belajar
bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pernyataan tersebut berimplikasi bahwa siapa
pun yang mempelajari suatu bahasa pada hakikatnya sedang belajar berkomunikasi.
Thompson (2003:1) menyatakan bahwa komunikasi merupakan fitur mendasar dari
kehidupan sosial dan bahasa merupakan komponen utamanya. Pernyataan tersebut
menyuratkan bahwa kegiatan berkomunikasi tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan
berbahasa. Dalam kegiatan berkomunikasi dengan bahasa, sebagaimana diketahui
meliputi komunikasi lisan dan tulis. Komunikasi lisan terdiri atas keterampilan
menyimak/mendengarkan dan keterampilan berbicara, sedangkan komunikasi tulis
terdiri dari keterampilan membaca dan menulis. Berbicara merupakan salah satu
aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan
produktif karena dalam perwujudannya keterampilan berbicara menghasilkan
berbagai gagasan yang dapat digunakan untuk kegiatan berbahasa (berkomunikasi),
yakni dalam bentuk lisan dan keterampilan menulis sebagai keterampilan
produktif dalam bentuk tulis. Dua Pembelajaran Berbicara – KKG 18
keterampilan lainnya (menyimak dan membaca) merupakan keterampilan reseptif
atau keterampilan yang tertuju pada pemahaman. Siswa membutuhkan keterampilan
berbicara dalam interaksi sosialnya. Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan
perasaanya secara efektif jika ia terampil berbicara. Dalam kaitan kreativitas,
keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu mendapat
perhatian karena gagasan-gagasan kreatif dapat dihasilkan melalui keterampilan
tersebut. Kemampuan berbicara siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan komunikatif.
Menurut Utari dan Nababan (1993) kemampuan komunikatif adalah pengetahuan
mengenai bentuk-bentuk bahasa dan makna-makna bahasa tersebut, dan kemampuan
untuk menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa. Pengertian ini
dilengkapi oleh Ibrahim (2001) bahwa kemampuan komunikatif adalah kemampuan
bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi, serta
norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya. Kompetensi komunikatif
juga berhubungan dengan kemampuan sosial dan menginterpretasikan bentuk-bentuk
linguistik. Para siswa tentu sudah memiliki pengetahuan sebagai modal dasar
dalam bertutur karena ia berada dalam suatu lingkungan sosial yang menuntutnya
untuk paham kode- kode bahasa yang digunakan masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan
keterampilan berbicara, berikut ada ilustrasi. Ketika kita mendengar kata
”berbicara”, pikiran kita tertuju pada kegiatan ”berpidato”. Padahal, berpidato
hanya merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara. Tampaknya, dalam
menghadapi era globalisasi saat ini keterampilan berbicara perlu terus
ditingkatkan sehingga pengguna bahasa mampu menerapkan keterampilan tersebut
untuk berbagai bidang kehidupan, misalnya, berwawancara, berdiskusi, bermain
peran, bernegosiasi, berpendapat, dan bertanya. Untuk itu, dalam dunia
pembelajaran para guru bahasa dituntut untuk dapat melakukan ”terobosan”
sehingga pembelajaran bahasa yang dilaksanakannya dapat memenuhi tuntutan
zaman, terutama dalam hal pembelajaran berbicara. 2. Karakteristik Pembelajaran
Berbicara Kegiatan berbicara dapat berlangsung jika setidak-tidaknya ada dua
orang yang berinteraksi, atau seorang pembicara menghadapi seorang lawan
bicara. Dengan kemajuan teknologi, kegiatan berbicara dapat berlangsung tanpa
harus terjadi kegiatan tatap muka, misalnya pembicaraan melalui telepon. Bahkan
melalui layar telepon seluler 3 G, tanpa bertemu langsung dua orang yang sedang
berbicara dapat saling melihat. Kegiatan berbicara yang bermakna juga dapat
terjadi jika salah satu pembicara memerlukan informasi baru atau ingin
menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Berikut disajikan sejumlah
karakteristik yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran berbicara antara lain:
a. harus ada lawan bicara b. penguasaan lafal, struktur, dan kosa kata c. ada
tema/topik yang dibicarakan Pembelajaran Berbicara – KKG 19
d. ada informasi yang ingin disampaikan atau sebaliknya ditanyakan e.
memperhatikan situasi dan kontek 3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran
Berbicara Pemilihan bahan pembelajaran berbicara bergantung pada jenis
keterampilan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri siswa. Kegiatan
pembelajaran berbicara meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya,
menjawab pertanyaan, bercerita (menceritakan pengalaman, buku/cerita yang
pernah didengarkan/dibaca), berpendapat dalam diskusi kelompok, memberi
petunjuk, bermain peran, mewawancarai. Jika kegiatan pembelajaran berupa
berwawancara, berarti tujuan pembelajarannya adalah siswa dapat memperoleh
informasi baru dari nara sumber. Bahan atau sumber yang digunakan adalah nara
sumber yang sesuai dengan informasi yang ingin digali. Jika kegiatan
pembelajaran berupa memberi petunjuk , bahan ajarnya tentu tentang petunjuk
apa, apakah petunjuk penggunaan sesuatu, pembuatan sesuatu, atau petunjuk
arah/denah, maka harus dicarikan bahan atau materi yang sesuai. Jadi, kriteria
pemilihan bahan atau materi adalah: a. sesuai dengan jenis keterampilan
berbicara yang akan dilatihkan; b. bervariasi sehingga siswa mendapatkan
pengalaman belajar yang beragam; c. dapat mengembangkan kosakata sehingga
keterampilan berbicara tidak menjemukan; d. memberikan contoh ketepatan ucapan,
prononsiasi, dan intonasi sehingga siswa mampu berbicara dengan jelas; e. dapat
mengembangkan wawasan yang lebih luas; f. topik kegiatan berbicara harus aktual
( tengah menjadi sorotan publik) g. bahan diorganisasi secara sistematis dengan
mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran (dari yang mudah ke yang sukar, dari
yang dekat ke yang jauh, dari yang dikenal ke yang tidak dikenal, dari yang
sederhana ke yang kompleks); h. kegiatan pembelajaran dikemas yang menarik,
kadang dilakukan di luar kelas (pembelajaran tidak selalu dibatasi empat
dinding kelas). i. menggunakan metode dan teknik yang dapat menumbuhkan minat
siswa belajar dan tertarik dengan pembelajaran bahasa; j. memilih sumber dan
media pembelajaran yang dapat menumbuhkan pikiran-pikiran kritis dan kreatif.
Pemilihan materi pembelajaran berbicara seharusnya sesuai dengan butir-butir
materi yang telah digariskan di dalam standar isi. Selain itu, pemilihan materi
juga disesuaikan dengan tingkat kelas, keadaan siswa, situasi dan kondisi yang
melingkupinya serta kompetensi dasar yang harus dicapai pada setiap tingkat. Di
samping itu, pemilihan materi harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan
kecakapan hidup. Pembelajaran Berbicara – KKG 20
Kompetensi dasar berbicara yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran
siswa SD antara lain, bercerita, mengemukakan pendapat, bertelepon,
menyampaikan informasi, menyampaikan laporan perjalanan, menceritakan tokoh,
bertanya jawab, menanggapi pembacaan cerpen,mendongeng, berbalas, pantun,
berwawancara, mengungkapkan solusi, menyanggah pendapat atau menolak,
mengkritik, memuji, melaporkan, berpidato, menyampaikan ringkasan/pesan,
berdiskusi, bermain peran, dan menceritakan kembali. Materi pembelajaran,
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. Jangan sampai siswa
yang belum pernah melihat tugu Monas (Monumen Nasional) di Jakarta diminta
untuk bercerita tentang itu. Di samping itu , juga siswa yang rumah neneknya
dekat dengan rumah siswa itu, diminta untuk bercerita ‘berlibur di rumah
nenek’. Demikian juga materi berwawancara dan yang lainnya harus disesuaikan
dengan kondisi yang melingkupi siswa. Semua materi berbicara harus
diintegrasikan dengan keterampilan menyimak, membaca, dan menulis serta
kebahasaan dan kesastraan. 4. Metode Pembelajaran Berbicara Metode pembelajaran
adalah cara menyampaikan pembelajaran atau pengalaman belajar kepada siswa.
Metode merupakan sarana untuk mewujudkan pengalaman belajar yang telah
dirancang (Tarigan, 1980:260). Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada
aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan hal
tersebut, pembelajaran berbicara di kelas semestinya diarahkan untuk membuat
dan mendorong siswa mampu mengemukakan pendapat, bercerita, melakukan
wawancara, berdiskusi, bertanya jawab, dan berpidato dan sebagainya. Metode
pengajaran yang selama ini kita ketahui adalah ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, penugasan, diskusi, karyawisata, dan sosiodrama. Namun, untuk
mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa , diperlukan metode pembelajaran
berbicara yang sesuai, yang menekankan pada siswa aktif atau berpusat pada
siswa. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas harus banyak
kegiatan siswa berlatih atau praktik berbicara sehingga diketahui kemajuan
kemampuan berbicaranya. Untuk menentukan metode mana yang cocok dalam
mengembangkan kemampuan berbicara, guru harus mengacu pada kurikulum (Standar
Isi). Semua kompetensi dasar berbicara pada kurikulum harus dilihat, dicocokkan
dengan metode dan model pembelajarannya. Jika metode yang dipilih sesuai dan
benar-benar dapat mengembangkan keterampilan berbicara setiap siswa, maka
pembelajaran berbicara akan disukai siswa. Apalagi jika guru dapat
memvariasikan kegiatan (tidak monoton) dan pengelolaan kelas, diharapkan siswa
lebih termotivasi untuk terus berlatih berbicara. Pembelajaran Berbicara – KKG
21
Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan di
sekolah dasar antara lain: lihat –ucap, deskripsi, menjawab pertanyan, bertanya
menggali, memerikan, melanjutkan, menceritakan kembali, bercakap-cakap,
paraphrase, menerka cerita gambar, bercerita, melaporkan, bermain
peran,wawancara, diskusi, bertelepon, dramatisasi. 5. Media Pembelajaran
Berbicara a. Pengertian media Kata Media sendiri berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “ perantara
“ atau “ pengantar ”. Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi
belajar atau penyalur pesan. Telah banyak pakar dan juga organisasi (lembaga)
yang mendefinisikan media pembelajaran adalah sebagai berikut . Media
pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat
dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah
dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3) Alat untuk memberikan perangsang
bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970). Segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso, 1989). Dari
berbagai pendapat di atas, dapat simpulkan bahwa pada dasarnya semua pendapat
tersebut memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat
dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan
yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut
dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. b.
Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran Mengingat banyaknya media dalam
pembelajaran, maka dirasa sangat perlu untuk melakukan pengelompokkan terhadap
berbagai media pendidikan yang ada tersebut. Pengelompokkan ini secara praktis
dimaksudkan agar memudahkan kita sebagai pengguna dalam memahami prinsip
penggunaan, perawatan dan pemilihan media dalam proses pembelajaran. Menurut
Wina Sanjaya (2006 : 170), media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya. Pendapat lain
dikemukakan oleh Rudy Brets (2004:44) , yang mengklasifikasikan media menjadi 7
(tujuh), yaitu: a) Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita
video, film pada televisi, Televisi, dan animasi b) Media audio visual diam,
seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide. c) Audio semi
gerak seperti: tulisan jauh bersuara. d) Media visual bergerak, seperti: film
bisu. e) Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide
bisu. Pembelajaran Berbicara – KKG 22
f) Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio. g) Media cetak,
seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri. Di bawah ini dijelaskanan jenis dari
pengelompokan di atas adalah sebagai berikut. (a) Mediavisual Yaitu media yang
hanya dapat dilihat, yang termasuk kelompok visual misalnya: foto, gambar,
poster, grafik, kartun, liflet, buklet, torso, film bisu, model 3 dimensi
seperti diorama, dan sebagainya. (b) Media Audio Adalah media yang hanya dapat
didengar saja, seperti : kaset audio, radio, MP3 Player, (c) Media Audio Visual
Yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, misalnya : film
bersuara, video, televisi, sound slid (d) Multimedia Adalah media yang dapat
menyajikan unsur media secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan
film. Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran
berbasis komputer (CBI). (e) Media Realia Yaitu semua media nyata yang ada di
lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan.
Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan
sebagainya. 6. Sumber Belajar Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada
disekitar lingkungan kegiatan belajar yang dapat digunakan untuk membantu
optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak
hanya dari hasil belajar (output) namun, juga dilihat dari proses berupa
interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk
terjadinya proses belajar dan mempercepat penguasaan pengetahuan, keterampilan
dan sikap positif terhadap bidang ilmu yang dipelajarinya. Pemanfaatan sumber
belajar dapat dikatagorikan menjadi dua , yaitu sumber belajar yang sengaja
dirancang untuk pembelajaran (by design) dan sumber belajar yang dapat langsung
dimanfaatkan yang berada di lingkungan tempat kegiatan belajar yang tidak
secara khsusus dirancang untuk pembelajaran (by utilization). Setiap media
mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi kemampuannya, cara
pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media
pengajaran merupakan kemampuan Pembelajaran Berbicara – KKG 23
dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan
pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan kemungkinan pada guru
untuk menggunakan berbagai jenis media pengajar secara bervariasi. Sedangkan
apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan
kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif. Sebelum menggunakan media
dalam pembelajaraan, guru harus memahami karakteristik, jenis serta
pengelompokkan dari media yang akan digunakannya. Dengan media yang akan
digunakannya tersebut, guru harus menyakinkan dirinya bahwa media yang akan
digunakannya tersebut, akan benar-benar memberikan nilai positif terhadap
kualitas pembelajaran yang akan dilakukannya. Lebih spesifik mengenai
pengelompokkan media ini dilakukakan oleh Anderson, (1976). 7. Kriteria
Penilaian Pembelajaran Berbicara Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran berbicara, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian
proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan
berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi
berbicara yang dituntut kurikulum atau mempresentasikan secara individual.
Dalam penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri
dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan; dan (5)
tanggung jawab. Dalam penilaian hasil digunakan rubrik penilaian untuk
mengetahui kompetensi siswa dalam berbicara, misalnya menanggapi pembacaan
puisi. Ada beberapa aspek yang dinilai, yaitu (1) kelancaran menyampaikan
pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan intonasi; (4) ketepatan
pilihan kata (diksi); (5) struktur kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan
pendengar; (7) ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data tekstual.
Penilaian kompetensi berbicara yang dilakukan dengan unjuk kerja/performance
yang utama perlu diukur adalah yang berkaitan dengan penggunaan bahasa seperti
penguasaan lafal, struktur, dan kekayaan kosa kata. Selain itu, juga penguasaan
masalah yang menjadi bahan pembicaraan, bagaimana siswa memahami topik yang
dibicarakan dan mampu mengungkapkan gagasan di dalamnya, serta kemampuan memahami
bahasa lawan bicara ( Burhan Nurgiyantoro, 2001:276). Penilaian kemampuan
berbicara haruslah membiasakan peserta didik untuk menghasilkan bahasa dan
mengemukakan gagasan melalui bahasa yang sedang dipelajarinya. Dengan kata
lain, penilaian berbicara harus dilakukan dengan praktik berbicara. Jadi,
bentuk penilaian pembelajaran berbicara seharusnya memungkinkan siswa untuk
tidak saja mengucapkan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan
gagasan, pikiran, dan perasaannya sehingga penilaian ini bersifat fungsional
(Burhan Nurgiyantoro, 2001:278). Pembelajaran Berbicara – KKG 24
Berikut contoh model penilaian berbicara: 1. Pembicaraan berdasarkan gambar
a. Pemberian pertanyaan b. Bercerita (menceritakan gambar) 2. Wawancara 3.
Bercerita 4. Berpidato 5. Diskusi 6. Bermain peran Dalam menggunakan
bentuk-bentuk penilaian di atas, pelaksanaannya tetap harus fokus pada aspek
kognitif . Meskipun aspek psikomotor yang berupa gerakan mulut, ekspresi mata,
dan gesture lain juga harus dinilai, 6 tingkatan aspek kognitif Bloom yang
berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir tetap harus menjadi fokus
utama karena berkaitan dengan kemampuan menuangkan gagasan (Ibid,
2001:291-292). Keenam tingkatan berpikir ( C1 – C6) dari yang paling rendah
hingga paling tinggi (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesiskan, dan mengevaluasi) harus dinilai dengan menggunakan rubrik dan
penyekoran yang tepat sehingga tidak ada siswa yang dirugikan karena kompetensi
setiap siswa terukur dengan alat ukur yang akurat. Berbicara sebenarnya
merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan beberapa faktor. Yaitu kesiapan
belajar, kegiatan berpikir, kesiapan mempraktikkan, motivasi, dan bimbingan.
Apabila salah satu faktor tidak dikuasai dengan baik, akan terjadi kelambatan
pada penguasaan bahan pembicaraan dan mutu bicara akan menurun (Mackey dalam
Hastuti, dkk., 1985:6). Semakin tinggi seseorang menguasai kelima unsur itu,
semakin baik pula penampilan dan penguasan bicaranya. Salah satu model yang
digunakan dalam penilaian berbicara (khususnya dalam berpidato dan bercerita)
adalah sebagai berikut; skala penilaian yang digunakan adalah 0—10 (Nurgiyanto,
1980:265). (a) keakuratan informasi (b) hubungan antarinformasi (c) ketepatan
struktur dan kosakata (d) kelancaran (e) kewajaran (f) gaya pengucapan. Untuk
masing-masing butir penilaian tidak harus selalu sama bobotnya, bergantung pada
apa yang menjadi fokus penilaian pada saat itu. Yang penting, jumlah semua
bobot penilaian 10 atau 100 sehingga mempermudah mendapatkan nilai akhir, yaitu
(jumlah nilai x bobot):10 atau 100. Misalnya: Butir 1, keakuratan informasi
berbobot 20, Butir 2, hubungan antarinformasi berbobot 15, Pembelajaran
Berbicara – KKG 25
Butir 3, ketepatan struktur berbobot 20, Butir 4, kelancaran berbobot 15,
Butir 5, kewajaran urutan wacana berbobot 15, Butir 6, gaya pengucapan berbobot
15. Selain itu, alat penilaian dalam berbicara (khususnya wawancara) dapat
berwujud penilaian yang terdiri atas komponen tekanan, tata bahasa, kosakata,
kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini disusun dengan skala: 1 - 6. 1 berarti
sangat kurang dan 6 berarti sangat baik. Berikut ini adalah deskripsi masing-
masing komponen. a) Tekanan (1) ucapan sering tidak dapat dipahami; (2) sering
terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan pemahaman, menghendaki
untuk selalu diulang; (3) pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan
menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalahpahaman; (4) pengaruh
ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak menyebabkan
kesalahpahaman; (5) tidak ada salah ucapan yang mencolok, mendekati ucapan
standar; (6) ucapan sudah standar. b) Tata bahasa (1) penggunaan bahasa hamper
selalu tidak tepat; (2) ada kesalahan dalam penggunaan pola-pola secara tetap
yang selalu mengganggu komunikasi; (3) sering terjadi dalam pola tertentu
karena kurang cermat yang dapat mengganggu komunikasi; (4) kadang-kadang
terjadi kesalahan dalam pengunaan pola tertentu, tetapi tidak mengganggu
komunikasi; (5) sering terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola;
(7) tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan berwawancara
c) Kosakata (1) pengunaan kosakata tidak tepat dalam percakapan yang sederhana
sekalipun; (2) penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal;
(3) pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan penggunannya
menghambat kelancaran komunikasi dalam sosial dan profesional; (4) penggunaan
kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang tertentu, tetapi penggunan
kosakata umum secara berlebihan; (5) penggunaan kosakata teknis lebih luas dan
cermat, kosakata umum tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial; (6)
penggunaan kosakata teknis dan umum luas dan tepat. Pembelajaran Berbicara –
KKG 26
d) Kelancaran (1) pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus; (2)
pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat pendek; (3)
pembicaraan sering ragu, kalimat tidak lengka; (4) pembicaraan lancar dan luas
tetapi sekali-sekali kurang; (5) pembicaraan dalam segala hal lancar. e)
Pemahaman (1) memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana; (2)
memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan dan pengulangan;
(3) memahami percakapan sederhana dengan baik, kadang-kadang masih perlu
penjelasan ulang; (4) memahami percakapan normal dengan baik, kadang-kadang
masih perlu penjelasan dan pengulangan; (5) memahami segala sesuatu dalam
percakapan normal kecuali bersifat kolokial; (6) memahami segala sesuatu dalam
percakapan normal. Pembelajaran Berbicara – KKG 27
BAB III RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBICARA A. Penjabaran Kompetensi Dasar
Menjadi Indikator Salah satu strategi yang Anda dapat lakukan sebelum
menjabarkan KD (kompetensi dasar) menjadi indikator adalah dengan memetakan
indikator. Untuk memudahkan Anda menemukan KD pembelajaran “Berbicara”, berikut
ini dipaparkan KD tersebut mulai kelas 1 s.d. 6, sebagai berikut. Kelas 1,
Semester 1 1. Memeperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa
yang santun 2. Menyapa orang lain dengan menggunakan kalimat sapaan yang tepat
dan bahasa yang santun 3. Mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi
anggota tubuh dengan kalimat sederhana 4. Mendeklamasikan puisi anak dengan
lafal dan intonasi yang sesuai Kelas 1, Semester 2 1. Menjelaskan gambar
tunggal atau gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan bahasa yang mudah
dimengerti 2. Melakukan percakapan sederhana dengan menggunakan kalimat dan
kosakata yang sudah dikuasai 3. Menyampaikan rasa suka atau tidak suka tentang
suatu hal atau kegiatan dengan alas an sederhana 4. Memerankan tokoh dengan
atau cerita rakyat yang dikuasai dengan ekspresi yang sesuai Kelas II, Semester
I 1. Bertanya kepada orang lain dengan menggunakan pilihan kta yang tepat dan
santun berbahasa 2. Menceritakan kegiatan sehari-hari dengan bahasa yang mudah
dipahamai orang lain 3. Mendeklamasikan puisi dengan ekspresi yang tepat Kelas
2, Semester 2 1. Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai
cirri-cirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain 2.
Menceritakan kembali cerita anak yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata
sendiri Kelas III, Semester I 1. Menceritakan pengalaman yang mengesankan
dengan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami 2. Menjelaskan urutan
membuat atau melakukan sesuatu dengan kalimat yang runtut dan mudah dipahami 3.
Memberikan tanggapan adan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan
menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat. Pembelajaran
Berbicara – KKG 28
Kelas III, Semester 2 1. Melakukan percakapan melalui telepon/alat
komunikasi sederhana dengan menggunakan kalimat ringkas 2. Menceritakan
peristiwa yang pernah dialami, dilihat atau didengar Kelas IV, Semester 1 1.
Mendeskripsikan tempat sesuai dengan denah atau gambar dengan kalimat yang
runtut 2. Menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa yang baik
dan benar Semester 2 1. Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat 2.
Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan Kelas
V, Semester 1 1. Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa 2.
Menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa yang runtut, baik, dan
benar 3. Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani,pedagang,
nelayan,karyawan, dll.) dengan memperhatikan kata dan santun berbahasa Kelas V,
Semester 2 1. Mengomentari persoalan factual disertai alas an yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa 2. Memerankan tokoh
drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat Kelas VI, Semester 1 1.
Menyampaikan pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa
yang runtut, baik dan benar 2. Menanggapi (mengkritik/memuji) suatu hal
disertai alas an dengan menggunakan bahasa yang santun Kelas VI, Semester 2 1.
Berpidato atau presentasi untuk berbagai keperluan (acara perpisahan, perayaan
ulang tahun dll.) dengan lafal, intonasi, dan sikap yang tepat 2. Melaporkan
isi buku yang dibaca (judul, pengarang, juml;ah halaman, dan isi) dengan
kalimat yang runtut. 3. Membacakan puisi karya sendiri dengan ekspresi yang
tepat. Pembelajaran Berbicara – KKG 29
B. Mekanisme Pengembangan Indikator 1. Menganalisis Tingkat Kompetensi
dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Langkah pertama pengembangan
indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar
secara nasional. Guru dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal
tersebut. Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang
digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga
bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata
kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun
penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang
diinginkan. Klasifikasi tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang
digunakan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi
yang digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka
indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang
diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik . 2. Menganalisis Karakteristik Peserta Didik, dan Sekolah
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta
didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian.
Karakteristik peserta didik dan sekolah menjadi acuan dalam pengembangan indikator
karena target pencapaian KD tidak sama. Sekolah atau peserta didik kategori
tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih
tinggi. Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator
dari SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar
internasional yang digunakan. Sekolah ataunsiswa dengan keunggulan tertentu
juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Indikator juga harus
dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu pembelajaran di masa yang akan
datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi peserta didik yang
berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator. 3.
Merumuskan Indikator Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa
ketentuan sebagai berikut: a) Setiap KD dikembangkan lebih dari satu indikator
b) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata
kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat
kompetensi minimum KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimum sesuai
dengan potensi dan kebutuhan peserta didik. c) Indikator yang dikembangkan
harus menggambarkan hirarki kompetensi. Pembelajaran Berbicara – KKG 30
d) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pembelajaran. e) Indikator harus dapat mengakomodasi
karakteristik mata pelajaran/aspek mata pelajaran sehingga menggunakan kata
kerja operasional yang sesuai. f) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi
beberapa indikator penilaian yang mencakupi ranah kognitif, afektif, dan/atau
psikomotorik. C. Pemilihan/Penentuan Materi Pembelajaran Pemilihan atau
penentuan materi pembelajaran berbicara harus disesuaikan dengan butir-butir
materi yang telah digariskan di dalam standar isi. Selain itu, pemilihan materi
juga disesuaikan dengan tingkat kelas, peserta didik, situasi dan kondisi yang
melingkupinya serta kompetensi dasar yang harus dicapai pada setiap tingkat. Di
samping itu, pemilihan materi harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan
kecakapan hidup Materi keterampilan “berbicara” yang harus dicapai dalam
kegiatan pembelajaran peserta didik di SD antara lain, bercerita,
bertelepon,menyampaikan informasi/pesan yang diperoleh dari berbagai sumber,
bertanya jawab dengan teman, berbalas pantun, mendongeng (bersastra)
berwawancara dengan nara sumber, menyampaikan informasi, berpidato/berceramah,
bermain peran. Materi bercerita, misalnya, hendaknya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi siswa. Jangan sampai siswa yang belum pernah melihat tugu Monas
(Monumen Nasional) di Jakarta diminta untuk bercerita tentang itu. Demikian
juga materi berwawancara dan yang lainnya harus disesuaikan dengan kondisi yang
melingkupi siswa. Semua materi berbicara harus diintegrasikan dengan
keterampilan menyimak, membaca, dan menulis serta kebahasaan dan kesastraan D.
Penentuan Metode yang Relevan Metode pembelajaran adalah cara menyampaikan
pembelajaran atau pengalaman belajar kepada siswa. Metode merupakan sarana
untuk mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang (Tarigan, 1980:260).
Dalam menentukan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan materi atau bahan
yang akan dibelajarkan. Misalnya, materi “Pendeskripsian sesuatu” tidak tepat
bila digunakan metode ceramah sebaiknya digunakan metode deskripsi. Berikut ini
adalah beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan antara lain: lihat
–ucap, deskripsi, menjawab pertanyan, bertanya menggali, memerikan,
melanjutkan, menceritakan kembali, bercakap-cakap, paraphrase, mereka cerita
gambar, bercerita, melaporkan, bermain peran,wawancara, diskusi bertelepon,
dramatisasi. Berikut ini diuraikan satu persatu metode-metode tersebut dengan
beberapa contoh. Pembelajaran Berbicara – KKG 31
1. Lihat-ucap Metode ini digunakan untuk merangsang siswa mengekspresikan
hasil pengamatannya, berupa gambar, benda nyata, yang dekat dengan kehidupan
siswa. 2. Deskripsi Deskripsi berarti menggambarkan/melukiskan atau memerikan
sesuatu secara verbal. Metode ini digunakan untuk melatih siswa berbicara atau
mengekspresikan hasil pengamatannya terhadap sesuatu. 3. Menjawab pertanyaan
Metode digunakan untuk melatih siswa yang malu-malu. Melalui pengajuan sejumlah
pertanyaan dan kesempatan untuk menjawab guru dapat memancing ekspresi lisan
siswa. Misalnya: Guru : Siapa namamu? Siswa : Nina Guru : Di mana kamu tinggal
Siswa : Jalan Bunga Guru : Kamu punya adik? Siswa : Punya. Guru : Siapa
namanya? Siswa : Iin Guru : Bagus, terima kasih. 4. Bertanya Menggali
Pertanyaan menggali dimaksudkan supaya siswa banyak berpikir. Pertanyaan
menggali membutuhkan jawaban yang berupa penjelasan dan bukan jawaban ya atau
tidak. Pertanyaan juga untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap sesuatu.
Misalnya: Guru : Bapak lihat kamu, Dina, sering melamun. Ada masalah? Dina :
Tidak Pak. Guru : Jika ada masalah, sebaiknya jangan disimpan di hati. Bapak
yakin setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Dina : Sebenarnya begini Pak,
saya sedang mendapat musibah. Ibu saya sakit, bapak saya tidak bekerja karena
di PHK. Guru : O, begitu masalahnya. Dialog ini dapat Anda kembangkan lebih
lanjut. Pembelajaran Berbicara – KKG 32
5. Melanjutkan Dalam metode ini, Anda dapat membuat membuat suatu permainan
cerita. Siswa disuruh menceritakan suatu cerita kemudian siswa yang lain
diminta untuk melanjutkannya. Misalnya: Guru : Bangunan sekolah kita berlantai
yang terdiri atas ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan ruang tata
usaha. Siswa A : Di samping itu, ada juga ruang perpustakaan, dan kamar kecil.
Siswa B : Di ruang perpustakaan tersedia ruang baca. 6. Bercakap-cakap
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sesuatu antardua
orang atau lebih. Pada kegiatan ini biasanya dalam suasana akrab dan sopan.
Misalnya: Saat guru masuk kelas, siswa baru saja menerima raport. Guru :
Bagaimana nilai raport kalian? Siswa : Alhamdulillah, lumayan. Guru : Dina dan
Iin, coba kalian percakapkan nilai rapor kalian. Dina : In bagaimana nilai
rapormu Iin : Ya, pokoknya lumayan, tidak ada nilai limanya Raport kamu gimana
Dina? Dina : Sama seprti rapor kamu, yang pentingkan tidak ada nilai enamnya.
Guru memberi motivasi kepada siswa. 7. Memberi petunjuk Memberi petunjuk
merupakan keterampilan berbicara taraf tinggi, sebab memberi petunjuk berarti
berbicra secara jelas dan terarah. Memberi petujuk sering dilakukan orang dalam
kehidupan sehari-hari. 8. Bercerita Bercerita adalah suatu keterampilan yang
semua orang pandai bercerita. Pembawa cerita harus membawakan cerita sesuai
dengan isinya, dapat menirukan suatu perilaku tokohnya. Akan lebih baik lagi
apabila pembawa Pembelajaran Berbicara – KKG 33
cerita dapat melibatkan emosi, imajinasi pendengar terhadap cerita yang
disampaikan. Pada metode ini, Anda dapat meinta siswa untuk memilih cerita yang
menarik baik tentang dirinya, tentang orang lain atau tentang apa saja.
Kemudian siswa menceritakan cerita itu. Kegiatan cerita ini akan menuntun siswa
menjadi pembicara yang baik. 9. Melaporkan Melaporkan artinya menyampaikan
gambaran, lukisan atau peristiwa terjadinya sesuatu secara lisan. Kegiatan melaporkan
dapat dilakukan dalam hal, perjalanan, pembacaan cerpen, dan sebagainya. Selain
itu kegiatan melaporkan juga dapat dilakukan dalam wujud pidato. 10. Bermain
Peran Teknik bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
pengembangan penghayatan dan imajinasi siswa. Dalam pengajaran bahasa teknik
bermain peran sangat cocok digunakan untuk menghayati dan menggunakan berbagai
ragam bahasa. Cara berbahasa setiap orang berbeda karena setiap orang berbeda
dalam perannya. Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja dalam
percakapan seseorang memerankan dirinya masing-masing sedangkan dalam bermain
peran seseorang memerankan orang lain. 11. Wawancara atau interview Wawancara
atau interview adalah salah satu kegiatan dalam bentuk tanya jawab yang
terarah. Melaui metode ini siswa dilatih menyusun pertanyaan yang terarah,
mengajukan pertanyaan dengan ucapan yang jelas dan intonasi yang tepat.
Wawancara adalah kegiatan percakapan dalam situasi formal, orang yangd
diwawancarai biasanya orang yang berprestasi, ahli, atau istimewa. Dalam
situasi informal wawancara dapat berlangsung antarteman. 12. Diskusi Diskusi
adalah proses pelibatan dua orang atau lebih yang berinteraksi secara verbal
dan tatap muka mengenai tujuan yang tertentu, melalui cara tukar menukar
infomasi untuk memecahkan masalah. 13. Bertelepon Melaui metode ini , Anda
dapat meminta siswa untuk mendemonstrasikan berbicara melalui telepon. Dalam
bertelepon pembicaraan harus jelas, lugas dan singkat karena waktu sangat
diperhitungkan dalam bertelepon. Di sini dapat digunakan media telepon mainan.
Satu hal yang harus diingat dalam bertelepon seseorang itu berbicara, bukan
bertatap muka. Oleh karena itu, kalimat yang tepat untuk meminta seorang
berbicara adalah: “ dapatkah saya berbicara dengan Bu …. atau Pak….? 14.
Dramatisasi Dramatisasi atau bermain drama lebih kompleks daripada bermain
peran karena guru dan siswa harus mempersiapkan skenario, pelaku, dan
perlengkapan. Pembelajaran Berbicara – KKG 34
Dalam hal ini skenario dapat dibuat oleh guru dan siswa atau menggunakan
skenario yang sudah ada. Dengan dramatisasi ini, siswa dilatih mengeklspresikan
perasaan dan pikiran tokoh dalam bentuk bahasa lisan. E. Penentuan Media
Pembelajaran Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
bahasa Indonesia, khususnya keterampilan berbicara adalah dengan mengoptimalkan
penggunaan media. Dengan penggunaan media yang optimal diharapkan kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia meningkat. Ada berbagai jenis media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara, antara lain, foto, gambar,
poster, grafik, kartun, film bisu, model 3 dimensi seperti diorama, kaset
audio, radio, MP3 Player, film bersuara, video, televisi, sound slide. Dari
berbagai jenis media ini, dapat dipilih salah satu atau dua buah untuk
digunakan dalam pembelajaran. Pemilihan media sama hal dengan pemilihan metode
harus mengacu atau menyesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai,
materi, dan kondisi, serta karakteristik peserta didik F. Pengembangan
Langkah-langkah Pembelajaran Dalam Permendiknas Nomor: 41 tanggal 23 November
2007 dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran mencakupi: kegiatan pendahuluan,
inti (eksplorasi, elaborasi,dan konfirmasi) dan penutup. Berikut ini akan
dijelaskan satu persatu. 1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan,
guru: a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran; b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c. menjelaskan
tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;menyampaikan
cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus. 2.
Kegiatan Inti a. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. b.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengankarakteristik peserta
didik dan mata pelajaran yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: melibatkan peserta
didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan
dipelajari dengan menerapkan prinsip menjadikan alam sekitar sebagai sumber
belajar; Pembelajaran Berbicara – KKG 35
menggunakan pendekatan pembelajaran multisensori, media komunikasi, dan
sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik
serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan eksplorasi di ruang praktek
keterampilan, kesenian, dan lapangan. Elaborasi menggunakan pendekatan
pembelajaran multisensori, media komunikasi, dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta
didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; memfasilitasi peserta
didik melakukan kegiatan eksplorasi di ruang praktek keterampilan, kesenian,
dan lapangan. Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik; Konfirmasi memberikan konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber; memfasilitasi
peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah
dilakukan; Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna untuk mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai nara sumber dan
fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberi motivasi kepada
peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif; 3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru : bersama-sama dengan peserta didik dan atau
sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
Pembelajaran Berbicara – KKG 36
G. Penilaian Pembelajaran Berbicara Penentuan Penilaian Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Di
dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a)
teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, 1. Teknik Penilaian Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang
telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara
yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang
dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik
yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat
dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes merupakan cara
untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau
salah, sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh informasi
melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah. Dalam
melaksanakan penilaian perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini. 1)
Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai
sehingga memudahkan dalam penyusunan soal. 2) Penilaian diarahkan untuk
mengukur pencapaian indikator. 3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu
berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah siswa mengikuti
proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya. 4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian
hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. 5) Hasil penilaian
dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi. Apabila
siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses
pembelajaran lagi, sedang bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi
tugas pengayaan. 6) Peserta didik yang telah menguasai semua atau hampir semua
kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya.
7) Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi penilaian
dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan
menggunakan teknik penilaian yang tepat. 8) Penilaian dilakukan untuk
menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif dan psikomotor
dengan menggunakan berbagai model penilaian,baik formal maupun nonformal secara
berkesinambungan. Pembelajaran Berbicara – KKG 37
9) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan,
bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. 10)
Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar
yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan
telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa. 11) Penilaian
berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Dengan
demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian
kompetensi. 12) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan
dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main
effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran. 13)
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh
dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan
tugas observasi lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses
(keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan
melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan 2. Bentuk
Instrumen Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya.
Oleh karena itu, bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk
instrumen yang tergolong teknik: 1) Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian,
pilihan ganda, isian, menjodohkan dan sebagainya. 2) Tes lisan, yaitu berbentuk
daftar pertanyaan. 3) Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi. 4)
Tes Praktik/ Kinerja berupa tes tulis keterampilan, tes identifikasi, tes
simulasi, dan uji petik kerja 5) Penugasan individu atau kelompok, seperti
tugas proyek atau tugas rumah. 6) Portofolio dengan menggunakan dokumen
pekerjaan, karya, dan atau prestasi siswa. 7) Penilaian diri dengan menggunakan
lembar penilaian diri Sesudah penentuan instrumen tes telah dipandang tepat,
selanjutnya instrumen tes itu dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia.
Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang
dapat digunakan. Pembelajaran Berbicara – KKG 38
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen • Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan
ganda, benar-salah, menjodohkan dll. • Tes isian: isian singkat dan uraian •
Tes lisan • Daftar pertanyaan • Observasi • Lembar observasi (lembar
pengamatan) (pengamatan • Tes praktik (tes • Tes tulis keterampilan kinerja) •
Tes identifikasi • Tes simulasi • Tes uji petik kerja • Penugasan • Pekerjaan
rumah individual atau • Proyek kelompok • Penilaian portofolio • Lembar
penilaian portofolio • Jurnal • Buku cacatan jurnal • Penilaian diri
Kuesioner/lembar penilaian diri Penilaian Lembar penilaian antarteman
antarteman H. Perancangan Tindak Lanjut Pembelajaran a. Tindak lanjut merupakan
kegiatan yang dilakukan sebagai refleksi terhadap kegiatan proses pembelajaran
yang telah dilakukan oleh siswa. Kegiatan tindak lanjut berupa : b. Pengayaan
dan penghargaan diberikan kepada siswa yang telah memenuhi standar mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM). c. Remedial diberikan kepada siswa yang
belum memenuhi KKM . 1. Jenis Pembelajaran Pengayaan Ada tiga jenis
pembelajaran pengayaan, yaitu: a. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang
dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa
peristiwa sejarah, buku, tokoh masyarakat, dan sebaginya, yang secara regular
tidak tercakup dalam kurikulum. b. Keterampilan proses yang diperlukan oleh
peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap
topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri. Pembelajaran Berbicara –
KKG 39
c. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah.
Pemecahan masalah ditandai dengan: a) Identifikasi bidang permasalahan yang
akan dikerjakan; b) Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan; c)
Penggunaan berbagai sumber; d) Pengumpulan data menggunakan teknik yang
relevan; e) Analisis data; f) Penyimpulan hasil investigasi. Sekolah tertentu,
khususnya yang memiliki peserta didik lebih cepat belajar dibanding
sekolah-sekolah pada umumnya, dapat menaikkan tuntutan kompetensi melebihi
standar isi. Misalnya sekolah-sekolah yang menginginkan keunggulan khusus. 2.
Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan Bentuk-bentuk pelaksanaan
pembelajaran pengayaan dapat dilakukan antara lain melalui: a. Belajar Kelompok
Sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan pembelajaran
bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya
yang mengikuti pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan. b.
Belajar mandiri. Secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati. c. Pembelajaran berbasis tema. Memadukan kurikulum di bawah tema
besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai
disiplin ilmu. d. Pemadatan kurikulum. Pemberian pembelajaran hanya untuk
kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian tersedia
waktu bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru, atau bekerja
dalam proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas
masing-masing. Pembelajaran Berbicara – KKG 40
Perlu dijelaskan bahwa panduan penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini
terutama terkait dengan kegiatan tatap muka untuk jam-jam pelajaran sekolah
biasa. Namun demikian kegiatan pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan
dengan kegiatan tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Sekolah dapat juga memfasilitasi peserta didik dengan kelebihan kecerdasan
dalam bentuk kegiatan pengembangan diri dengan spesifikasi pengayaan kompetensi
tertentu, misalnya untuk bidang sains. Pembelajaran seperti ini diselenggarakan
untuk membantu peserta didik mempersiapkan diri mengikuti kompetisi tingkat
nasional maupun internasional seperti olimpiade internasional fisika, kimia dan
biologi. Sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pengayaan
tidak lepas kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil belajar kegiatan
pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup
dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta
didik yang normal. 3. Pembelajaran Remedial a. Hakikat Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria
ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model
pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22,
23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem
dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD
setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika
seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan
telah mencapai ketuntasan. Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan
pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik
terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan
pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi,
pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi metode
pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan
audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video,
komputer, multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat
kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan
berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar
serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
atau sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian
yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan
Pembelajaran Berbicara – KKG 41
untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang
peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang
telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan. Apabila dijumpai adanya
peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan,
maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah
satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial
atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang
belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar
belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum
mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu
lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga
perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran
remedial. 4. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Setelah diketahui
kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah
memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan
pembelajaran remedial antara lain: a. Pemberian pembelajaran ulang dengan
metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara
penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan.
Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik
belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik
perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media
yang lebih tepat. b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu
dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual.
Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai
tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa
peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. c. Pemberian tugas-tugas
latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas
latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill)
untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan. d. Pemanfaatan tutor
sebaya Pembelajaran Berbicara – KKG 42
BAB IV RANGKUMAN Rangkuman Berbicara merupakan ungkapan dan perasaan
seseorang dalam dalam bentuk bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan ,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima
informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika
komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara dapat dibantu dengan mimik
dan pantomimik pembicara. Jenis-jenis berbicara atas berbicara formal dan
informal. Berbicara formal meliputi bercakap-cakap, bertukar pikiran, memberi
petunjuk, bertelepon. Sedangkan berbicara secara formal meliputi antara lain,
berdiskusi, berpidato, wawancara dan sebagainya. Pembegaian ini tidak mutlak
dan bersifat luwes. Di samping itu, diuraikan juga metode berbicara atau teknik
penyampain pembeicaraan yaitu, metode serta merta, menghafal, memabaca naskah,
dan metode esktemporan. Selanjutnya, dijelaskan tujuan dan jenis berbicara
serta metode berbicara, faktor penentu keberhasilan berbicara yang mencakupi:
pembicara, pokok pembicaraan, kebahasaan, ketepatan pengucapan, penempatan
tekanan, jeda,nada, dan ritme, ; pemilihan kata dan ungkapan yang
relevan.tujuan, sarana, dan interaksi. Selain faktor kebahasaan juga diuraikan
faktor nonkebahasaan yang meliputi; sikap, pandangan, kesediaan menghargai
orang lain, keberania, gerak-gerik, kenyaringan suara, penalaran, dan
relevansi. Selain itu, diuraikan juga tentang konsep pembelajaran dan
pembelajaran berbicara, karakteristik pembelajaran berbicara, kriteria
pembelajaran berbicara, metode pembelajaran berbicara yang relevan, seperti,
lihat-ucap, deskripsi, bertanya menggali, menjawab pertanyaan, bercerita,
memberi petunjuk, bermain peran, wawancra, bertelepon, dan dramatisasi; media
pembelajaran; pengertian media, dan jenis-jenis media pembelajaran, dan
kriteria penilaian. Secara garis besar ada dua teknik penilian yaitu, teknik
tes dan nontes. Ada beberapa prinsip dalam melakukan penilian, antara lain,
pemilihan jenis tes harus disertai dengan aspek yang akan dinilai, penilaian
harus mengukur indikator, penilaian ahrus menggunakan acuan kriteria, penilaian
harus berorientasi pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, penilaian
harus berkelanjutan, dan sebagainya. Di samping itu, pada bab III juga dipaparkan
prinsip atau langkah-langkah pengembangan atau penjabaran KD menjadi indikator
disertai dengan contoh. Pada bab ini juga sajikan strategi pemilihan dan
penentuan media dan metode pembelajaran serta penegmbangan langkah-langkah
pembelajaran yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 tanggal 23 November 2007.
Langkah- langkah tersebut mencakupi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
Pada kegiatan inti terdapat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi .
Kegiatan Pembelajaran Berbicara – KKG 43
tersebut satu persatu diuraikan pada bab ini. Bagian akhir dari modul ini
memuat program tindak lanjut dan pelatihan. Pembelajaran Berbicara – KKG 44
BAB V PENILAIAN Pelatihan Untuk mengetahui pemamahaman Anda mengenai materi
di atas kerjakanlah latihan berikut!. Pilihlah jawaban yang benar dengan
melingkari huruf a,b,c, atau d. di depan jawaban tersebut. SOAL 1. Ani,
Ngalimin, Poltak, dan Agam, dengan seru-serunya berdebat tentang Gaya remaja
sekarang. Berdasarkan jumlah pendengar, ilustrasi di atas termasuk . . . . a.
berbicara tentang remaja dalam kelompok kecil b. berbicara dalam kelompok kecil
c. berbicara kelompok besar d. berbicara dengan jumlah sedang 2. Anak-anak baru
saja liburan hari Lebaran. Hari ini mereka masuk sekolah lagi. Sebagai tanda
liburan, guru menyuruh Lumonggah, seorang siswa menceritakan pengalaman di
rumah ‘opungnya’ (nenek). Melihat ilustrasi ini, guru sedang menggunakan bahan
pembelajaran.. a. menceritakan pengalaman yang mengesankan, b. menceritakan
kembali apa yang pernah didengar, c. mengungkapkan pengalaman pribadi atau
berdasarkan bacaan yang dibaca, d. berpidato di depan kelas. 3. Pak Ngalimin,
tiba-tiba dipanggil kepala Sekolah untuk berbicara di depan anak-anak pukul 10
dengan topik ‘Kesantunan Berbahasa di Depan Umum’ dalam rangka Bulan Bahasa
2008. Ilustrasi ini…. a. berbicara mendadak b. berbicara berdasarkan catatan c.
berbicara berdasakan hafalan d. berbicara berdasarkan naskah 4. “Jangan marahi
adikmu, dia masih kecil!” “ Dia tidak mau disuruh, bandel, gitu lo..” Dalam aspek
berbicara, termasuk bahan bicara dari segi.. a. bermain peran (sosiodrama) b.
berpuisi c. berpidato. d. Berdeklamasi 5. ‘Lidahmu adalah Harimau Kamu’,
termasuk pada ….. a. berbicara adalah ekpresi kreatif b. berbicara dipengaruhi
kekayaan pengalaman c. berbicara sarana memperluas cakrawala d. berbicara
adalah tingkah laku Pembelajaran Berbicara – KKG 45
6. Pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara
dua orang atau lebih disebut . . . . a. menyampaikan pengumuman b. menyampaikan
argumen c. berdialog d. bercerita 7. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh
seorang pembicara dalam kegiatan berbicara adalah ... a. Pokok
pembicaraan,metode,bahasa, tujuan,saranadan pendengar b. Pokok
pembicaraan,metode,bahasa,tujuan,penampilan,dan suara c. Pokok
pembicaraan,metode gaya,tujuan,penampilan,dan intonasi d. Pokok
pembicaraan,metode,bahasa,pakaian,tujuan dan sarana 8. Butir-butir penilaian
dalam berbicara meliputi hal-hal berikut ... a.tekanan,tatabahasa,EYD
b.kelancaran,kosakata,kalimat c. kelancaran,wacana,pemahaman d. tata
bahasa,kelancaran,intonasi 9. Rencana pelaksanaan pembelajaran
sekurang-kurangnya memuat . . . a. tujuan pembelajaran, materi ajar, metode,
dan kegiatan belajar b. tujuan pembelajaran, materi ajar, metode , sumber, dan
penilaian c. indikator, tujuan pembelajaran, metode, dan kegiatan belajar d.
tujuan pembelajaran, indikator, metode, dan penilaian 10. Pembelajaran remedial
dapat dilaksanakan . . . . a. setelah beberapa minggu b. pada akhir bulan c.
setelah selesai satu KD/SK d. setiap akhir minggu 11. Sebagai salah satu
keterampilan bahasa lisan, berbicara dikelompokkan ke dalam a. keterampilan
produktif b. keterampilan reseptif c. keterampilan komunikatif d. keterampilan
interaktif 12. Kemampuan berbicara siswa dipengaruhi oleh kemampuan
komunikatif. Menurut Ibrahim (2001) kemampuan komunikatif adalah a. kemampuan
memahami bentuk dan makna bahasa b. kemampuan menggunakan bahasa sesuai dengan
fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa c. pengetahuan mengenai
bentuk-bentuk bahasa dan makna-makna bahasa d. pengetahuan menginterpretasikan
bentuk-bentuk linguistic Pembelajaran Berbicara – KKG 46
13. Dalam menghadapi era globalisasi saat ini keterampilan berbicara perlu
terus ditingkatkan sehingga pengguna bahasa mampu menerapkan keterampilan
tersebut untuk berbagai bidang kehidupan. Pernyataan berikut mana yang termasuk
jenis keterampilan berbicara: a. Mengisi format menjadi penabung di bank b.
Berpidato pada acara perpisahan di sekolah c. Menyimak rekaman teks cerpen d.
Menyalin puisi terjemahan dan membacakannya 14. Berikut ini adalah contoh jenis
keterampilan berbicara yang harus diajarkan dan dilatihkan kepada siswa,
kecuali: a. berwawancara b. berdiskusi c. bermain peran d. meresensi buku 15.
Untuk menyajikan pembelajaran berbicara, berikut hal-hal yang perlu
dipersiapkan oleh guru, kecuali: a. Pemilihan dan pengorganisasian bahan ajar
b. Pemilihan metode dan media pembelajaran c. Penggunaan alat penilaian d.
Pelayanan pada individual siswa 16. Pembelajaran berbicara harus berorientasi
pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan hal
tersebut, pembelajaran berbicara di kelas semestinya diarahkan untuk membuat
dan mendorong siswa mampu: a. mengemukakan pendapat b. menulis deskripsi c.
mempelajari jenis kata d. membuat kalimat 17. Media pembelajaran adalah sebuah
alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah
sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.
Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.
Media apakah yang dapat digunakan untuk pembelajaran berbicara? a. gambar
(tunggal dan seri) b. rekaman cerita c. teks puisi d. buku cerita 18. Penilaian
yang digunakan dalam pembelajaran berbicara tidak hanya pemahaman dan
kelancaran berbicara, tetapi juga aspek lain seperti gerak mulut, sikap, dan
gestur lain. Oleh karena itu, bentuk penilaian berbicara yang sesuai adalah
dengan a. tertulis b. produk Pembelajaran Berbicara – KKG 47
c. Unjuk kerja/performance d. portofolio 19. Rumusan indikator dalam RPP
diambil dari . . . . a. standar isi b. silabus c. standar proses d. kompetensi
dasar 20. Penilaian harus dilaksanakan secara sistematis dan berkesenimbungan ,
tujuannya adalah . . . . a. agar informasi yang diperoleh bermakna dan
keputusan yang diambil tepat b. agar kegiatan itu tidak terputus-putus dan
perkembangan siswa dapat terpantau c. agar kompetensi pencapaian siswa tidak
mengambang dan tidak terpantau d. agar komponen pembelajaran yang dicantumkan
di RPP tetap berkaiatan dan bermakna. Kunci Jawaban Pelatihan 1. b 2. b
3. a 4. a 5. d 6. b 7. a 8. d 9. b 10. c 11. a 12. b 13. b 14. d 15. d 16. a
17. a 18. c 19. c 20. a Pembelajaran Berbicara – KKG 48
DAFTAR PUSTAKA Boovee, Courlan,
1997, Business Communication today, Prentice Hall: New York Departemen
Pendidikan Nasional ,2006,Permendiknas Nomor 22 Tah Tentang Standar Isi,
Jakarta: Depdiknas Ibrahim, Abdul Syukur, 2001, Pengantas Sosiolingustik,
Sajian Bunga Rampai Malang: Universitas Negeri Malang Mulyati,yeti dkk., 2007 ,
Keterampilan Berbahasa Indonesia SD Modul, Jakarta: Universitas Terbuka
Nurgiantoro, Burhan, 2001, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi
III, Yogyakarta: BPFE Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
NasionalPendidikan, Jakarta : BNSP Tarigan, Henry Guntur ,1981, Berbicara
sebagai suatu keterampilan berbahasa, Bandung: Angkasa Tarigan, Djago dkk.,
1998, Pengembangan Keterampilan Berbicara ,Jakarta : Depdikbud, Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D III -----------------dan Lilis Siti
Sulistyaningsih ,1997,Analisis Kesalahan Berbahasa, Jakarta: Depdikbud Bagian
Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III Thomson,N, 2003, Communication and
Language,New York: Palgrave Macmillan Utari,Sri dan Subyakto Nababan, 1993,
Metodologi Pengajaran Bahasa,Jakarta Pembelajaran Berbicara – KKG 49
LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS/SEMESTER : V/1 WAKTU : 4 jp A. STANDAR KOMPETENSI 1. Memahami penjelasan
narasumber dan cerita rakyat secara lisan B. KOMPETENSI DASAR 1. Menanggapi
penjelasan narsumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan dll) C. INDIKATOR 1.
Mencatat pokok-pokok pembicaraan narasumber 2. Mengajukan pertanyaan sesuai
dengan pokok-pokok pembicaraan. 3. Menanggapi isi penjelasan narasumber dengan
memperhatikan santun bahasa D. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mencatat pokok-pokok
pembicaraan narasumber 2. Menyusun pertanyaan sesuai dengan pokok-pokok
pembicaraan 3. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan pokok-pokok pembicaraan 4.
Menyulis jawaban dari narasumber 5. Menyimpulkan jawaban narasumber 6.
Menaggapi isi penjelasan narasumber dengan memperhatikan santun bahasa E.
MATERI Penjelasan dari Narasumber F. METODE PEMBELAJARAN Komunikatif G.
KEGIATAN PEMBELAJARAN I. Kegiatan awal a. Siswa bertanya jawab tentang berbagai
informasi yang pernah didengan dari seseorang(narasumber). b. Salah satu siswa
menceritakan informasi yang pernah didengarkan. c. Siswa memahami tujuan
pembelajaran yang akan dicapai II. Kegiatan Inti a. Siswa mendengarkan
penjelasan dari narasumber b. Siswa mencatat pokok-pokok pembicaraan dari
narasumber c. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Pembelajaran Berbicara –
KKG 50
d. Siswa lain menanggapi e. Siswa menyempurnakan hasil kerjanya berdasarkan
tanggapan siswa lain f. Secara berpasangan, sisa menyusun pertanyaan sesuai
dengan pokok- pokok pembicaraan. g. Setiap pasangan tampil ke depan kelas untuk
mengajukan pertanyaan secara lisan sesuai dengan pokok-pokok pembicaraan h.
Pasangan lain menjawab pertanyaan tersebut (sebagai narasumber) i. Salah satu
siswa dari pasangan yang mengajukan pertanyaan mencatat jawaban tersebut j.
Secara berpasangan siswa menyimpulkan (secara tertulis)jawaban narasumber k.
Siswa membacakan hasil simpulannya l. Siswa lain menanggapi simpulan tersebut
m. Secara mandiri, siswa menanggapi isi penjelasan nrasumber dengan
memperhatikan santun bahasa n. Siswa lain mengomentari bahasa dan isi tanggapan
teman lain III. Kegiatan Akhir a. Siswa mengungkapkan berbagai permasalahan
yang muncul saat KBM b. Siswa mengaitkan hasil pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari siswa c. Siswa mencari informasi lain (dari narasumber lain)
sebagai tugas tambahan (PR), yang akan dibicarakan pada kegiatan pembelajaran
berikutnya H. SUMBER/ALAT/BAHAN I. Sumber Narasumber : petani, pedagang,
nelayan, karyawan dll. II. Alat/Media a. Contoh penjelasan dari narasumber
(berupa teks) b. Radio, tape recorder, televise, rekaman kaset, CD/DVD I.
PENILAIAN a. Tulis dan lisan Penjelasan dari narasumber (rekaman atau dibacakan
oleh guru) Keterangan : Bila dalam materi menggunakan narasumber petani, dalam
penilaian narasumber bias dari selain petani. 1. Soal Tulis: 1) catatlah
5(lima) pokok pembicaraan dari narasumber yang telah kamu dengarkan! 2. Soal
Lisan : 1) Ajukan dua pertanyaan sesuai dengan pokok-pokok pembicaraan dari
narasumber yang telah kamu dengarkan! Pembelajaran Berbicara – KKG 51
2) Tanggapi isi penjelasan narasumber dengan memperhatikan santun bahasa!
b. Kunci jawaban dan/atau Alternatif Jawaban 1. Kunci jawaban untuk Soal Tulis:
Misalnya : Ada 10 (sepuluh) pokok pembicaraan, siswa harus menuliskan 5 (lima)
dari 10 (sepuluh) pokok pembicaraan tersebut. 2. Alternatif Jawaban untuk Soal
Lisan: 1) Dua pertanyaan yang sesuai dengan pokok-pokok pembicaraan: a. ………? b.
………? 2) Tanggapan terhadap isi penjelasan narasumber: c. Skor dan/atau Pedoman
Pnilaian (Rubrik) 1. Skor untuk Soal Tulis: Setiap jawaban betul skor = 1
Contoh: Menjawab 5 dan betul semua, skor = 5 Menjawab 5 dan betul 4, skor = 4
dst 2. Rubrik 1) Rubrik untuk penyusunan dua pertanyaan (1-4) No. Kriteria Skor
1. Menyusun dua pertanyaan dan semuanya sesuai 4 dengan isi penjelasan
narasumber. 2. Menyusun dua pertanyaan dan salah satunya 3 kurang sesuai dengan
isi penjelasan narasumber 3. Menyusun dua pertanyaan dan semuanya kurang 2
sesuai dengan isi penjelasan narasumber 4. Menyusun dua pertanyaan dan semuanya
tidak 1 sesuai dengan isi penjelasan narasumber Atau: No. Jawaban Sesuai Kurang
Tidak Skor 1 Menyusun dua V 4 pertanyaan, betul semua 2 Menyusun dua V 3
pertanyaan betul semua 3 Menyusun dua V 2 pertanyaan 4 Menyusun dua V 3
Pembelajaran Berbicara – KKG 52
pertanyaan, salah satunya betul 5 Mentyusun dua V 2 pertanyaan, salah
satunya betul 6 Menyusun dua V 1 pertanyaan, salah semua 2) Rubrik untuk
tanggapan terhadap isi penjelasan narasumber No Tingkatan Kriteria 1 A
Tanggapan sesuai dengan isi penjelasan Amat Baik narasumber (91-100)
Menggunakan bahasa yang santun dalam mengemukakan tanggapan. Cara menyampaikan
tanggapan sesuai dengan norma kesopanan 2 B Tanggapan sesuai dengan isi
penjelasan Baik narasumber (81-90) Menggunakan bahasa yang santun dalam
mengemukakan tanggapan Cara menyampaikan tanggapan kurang sesuai dengan norma
kesopanan 3 C Tanggapan sesuai dengan isi penjelasan Cukup narasumber (71-80)
Menggunakan bahasa yang kurang santun dalam mengemukakan tanggapan Cara
menyampaikan tanggapan kurang sesuai dengan norma kesopanan 4 D Tanggapan
kurang sesuai dengan isi Kurang penjelasan narasumber (61-70) Menggunakan
bahasa yang kurang santun dalam mengemukakan tanggapan Cara menyampaikan
tanggapan kurang sesuai dengan norma kesopanan 5 E Tanmggapan tidak sesuai
dengan isi Amat Kurang penjelasan narasumber (51-60) Menggunakan bahasa yang
tidak santun dalam mengemukakan tanggapan Cara menyampaikan tanggapan tidak
sesuai dengan norma kesopanan Pembelajaran Berbicara – KKG 53
Pembelajaran Berbicara – KKG 1
NASuprawoto Sunardjo + FOLLOW
61354 views, 30 favs, 5 embeds
Related
Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia
92779 views
50749853 skripsi
731 views
Pembelajaran Mendengarkan
20624 views
Pembelajaran Membaca
8719 views
Presentasi kelompok 4
502 views
Evaluasi Pendidikan
21742 views
PEMBELAJARAN PAIKEM
54414 views
Belajar modelpaikem
2433 views
Model Pembelajaran Tematik
8221 views
Tugas 1
772 views
Tugas wulan
463 views
Speaking
268 views
Panduan Pelaksanaan Lesson Study
8881 views
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL,
PENGAYAAN
30160 views
Pembelajaran Menulis
17578 views
Pembelajaran tematik
878 views
Pembelajaran tematik
751 views
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
1141 views
Kebahasaan
4498 views
Dari Dosen ku Sunarno, m.pd. PGSD
Unlam Banjarmasin
1578 views
More by user
PENILAIAN KINERJA GURU
5 views
Pembelajaran biologi berbasis ICT/TIK
524 views
Penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal
603 views
Riyadus Shalihin - 1
871 views
Riyadus Shalihin - 2
878 views
PETUNJUK HAJI DAN UMROH
490 views
View all presentations from this
user
About this document
USAGE RIGHTS
© All Rights Reserved
STATS
30
Favorites
2
Comments
1,238
Downloads
61,321
Views on
SlideShare
33
Views on
Embeds
61,354
Total Views
EMBED VIEWS
28 views on
http://buwarniku.blogspot.com
2 views on
http://www.hermandomardani91.blogspot.com
1 views on
http://pekerjaandanaktivitas.blogspot.com
1 views on
http://gembongprajurit.blogspot.com
1 views on http://hermandomardani91.blogspot.com
ACCESSIBILITY
View text version
ADDITIONAL DETAILS
Uploaded via SlideShare
Uploaded as Adobe PDF
Flag as inappropriate
File a copyright complaint
Categories
Technology
Education
Tags
my document keren
32
94
36. 20
[1] Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 16.
[2] Dr. S. Nasution, M.A, Asas-Asas
Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 2006. hlm 2.
[3] Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2007. hlm 18.
[4] www.ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smk/01.ppt
[5] www.kopertis4.or.id
[6] www.bsn.or.id/SNI
Komentar
Posting Komentar